the Golden Dinar News ::....:: 110 WNI di Miyagi Menunggu Dievakuasi ::..GD..:: Gempa disebabkan bertumbuknya lempeng tektonik Pasifik dan Amerika Utara::..GD..:: Beredar Info Lewat Internet, Ada Awan Beracun di Jepang ::..GD..:: Gawat! Industri Otomotif di Jepang Berhenti Beroperasi::..GD..:: Akbar: SBY Patut Jelaskan ke Publik Soal Tuduhan WikiLeaks ::..GD..:: Korban Tewas Tsunami Jepang Bisa Lebih 10 Ribu Jiwa::..GD..:: Soal WikiLeaks, Ada Pemasok Informasi dari Lingkaran Istana::..GD..:: ‘Kalah’ Melawan Alquran, Dr Jeffrey Lang Menerima Islam ::..GD..:: Ginandjar: Indonesia Patut Belajar dan Bantu Jepang ::..GD..:: Terbitkan Kartun Tsunami, Media Malaysia Akhirnya Minta Maaf ::..GD..:: Rp 1 Triliun, Kerugian Banjir Bandang di Tangse ::..GD..::

The Golden Dinar

  • Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh......

    Meskipun seluruh tulisan dan analisa di web ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal, pasar komoditi dan pasar uang dlsb.; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di web ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber web ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.

    Semoga Allah SWT memudahkan langkah dalam mensyi'arkan Dinar-Dirham di Nusantara ini. Amiin.

Profil

Foto saya
Cilegon, Banten, Indonesia
The Golden Dinar : merupakan web support Gerai Dinar Indonesia. Kami membangun jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuan kami adalah memasyarakatkan Dinnar-Dirham di Nusantara.

Dinar emas memiliki 3 fungsi : sebagai alat tukar, timbangan yang adil dan perlindungan nilai. Dinar emas untuk membangun ketahanan ekonomi dan memakmurkan umat tetapi tidak untuk ditimbun !

Jam Hari Kerja : 08.00 - 17.00 (BBWI) ; Senin - Jum'at (kecuali hari libur nasional).

Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan hubungi kami di menu Kontak.

Melawan Inflasi Yang Memiskinkan : Bila Yang Kita Punya Hanya Diri Kita...


Dalam beberapa tulisan saya, antara lain tulisan tanggal 4 Januari 2011 tentang “Food For All...” , telah saya ungkapkan betapa dasyatnya inflasi memiskinkan kita – khususnya inflasi bahan pangan - yang persisten diatas kenaikan rata-rata pendapatan kita setiap tahunnya. Karena trend naiknya harga pangan ini belum nampak berbalik atau berubah arah, hanya ada satu cara untuk melawanya – yaitu kita sendiri yang harus berusaha maksimal mengalahkan trend tersebut. Tetapi bagaimana kita bisa mengalahkan inflasi ini ?.

Melawan inflasi adalah seperti perang menghadapi musuh yang akan merenggut kekayaan dari hasil jerih payah kita, musuh yang akan menjajah dan mengeruk kekayaan kita. Seperti juga perang, maka ada dua strategi yang bisa digunakan yaitu strategi bertahan (defensif) dan strategi menyerang (ofensif). Pencapaian maksimal dari strategi defensif adalah berhasilnya kita mempertahankan harta dari serangan inflasi. Strategi defensif sendiri tidak akan membuat kita unggul – ya hanya sebatas membuat kita mampu bertahan tadi.

Sebaliknya strategi menyerang atau ofensif berpeluang kita unggul dan mampu mengalahkan inflasi, hanya saja untuk ini memang diperlukan keunggulan kekuatan sehingga peluang kita untuk mampu mengalahkan musuh yang bernama inflasi tersebut memang harus lebih besar dari peluang kalahnya. Lantas strategi mana yang kita pilih ?, saya lebih suka menggunakan kata ‘dan’ yang berarti keduanya , ketimbang menggunakan kata ‘atau’ yang membuat kita bimbang untuk memilih diantara keduanya.

Dinar emas yang sudah sejak sekitar 3 tahun lalu kita perkenalkan ke masyarakat misalnya, terbukti efektif untuk mengisi strategi defensif tersebut diatas. Rata-rata apresiasi emas terbukti mampu mengalahkan rata-rata inflasi bahan pangan sekalipun – yang merupakan komponen inflasi tertinggi di negeri ini.

Namun dengan strategi defensif melalui simpanan Dinar saja tidak membuat orang bertambah makmur – ya hanya membuat kita mampu bertahan tadi. Dengan strategi defensif ini yang kaya tetap kaya , sedangkan yang kekurangan tetap akan kekurangan. Maka meskipun strategi ini juga kita gunakan secukupnya, saya tidak menganjurkan kita terlalu banyak menaruh resources kita di strategi ini.

Bila ada kecukupan resources (modal, tenaga dlsb), saya sangat condong untuk menajak kita semua terjun rame-rame di sektor riil seperti perdagangan, pertanian, industri dlsb. atau bidang-bidang yang kita kuasai betul – yang kita bisa jagokan untuk senjata perang melawan inflasi. Berat memang dan penuh risiko, tetapi insyaAllah jerih payah ini akan rewarding.

Bila kita memiliki resources yang cukup untuk membangun dua strategi tersebut yaitu defensif maupun ofensif melawan inflasi, maka itu yang ideal. Masalahnya adalah situasi ideal ini justru yang paling jarang kita miliki. Situasi ideal hanya enak diomongkan atau ditulis tetapi jarang kita jumpai di lapangan yang nyata.

Lantas apa yang bisa kita lakukan bila kita tidak cukup resources untuk membiayai perang kita ini ? tidak ada modal emas atau Dinar untuk bertahan melawan inflasi, apalagi untuk modal berusaha ?. Jangan terlalu kawatir, diri kita sesungguhnya adalah modal yang paling berharga yang bisa kita gunakan sebagai senjata pamungkas untuk berperang dibidang apapun – termasuk berperang melawan inflasi ini.

Bagaimana cara menggunakannya ?, berikut adalah langkah step by step yang antara lain bisa kita lakukan.

Pertama mengasah skills bawaan kita dari lahir yaitu ‘jualan’. Ketika kita haus di gendongan ibu kita, kita melakukan sales speak dengan menangis – maka dapatlah kita air susu ibu. Keahlian ini terus terasah ketika kita meminta sepatu baru, tas sekolah baru, mengambil hati calon mertua kita dst. Kini skills yang sudah kita asah sejak lahir tersebut tinggal di fine-tune untuk ‘menjual’ gagasan-gagasan besar kita, produk-produk yang kita hasilkan, misi yang kita ingin tuju dlsb.dlsb.

Kedua membangun identitas diri yang orisinil milik kita. Seperti wajah dan sidik jari kita, Maha Kuasa Allah yang telah menciptakan diri kita unique – dari milyaran orang yang ada di bumi – tidak ada satupun yang sama persis dengan diri kita – maka seluruh potensi yang ada di diri kita juga unique – tidak ada seorang pun yang menyamainya. Hanya kita sendiri-lah yang bisa menemukan dan membangun seluruh potensinya yang ada pada diri kita tersebut.

Ketiga ber-investasi pada diri kita sendiri. Ilmu kita tidak akan pernah cukup, Skills kita juga tidak akan pernah sempurna – maka dari waktu kewaktu yang perlu terus kita lakukan adalah berinvestasi kembali pada diri kita untuk terus belajar dan menambah ilmu, untuk terus berlatih mengasah skills.

Keempat bukan berganti kotak tetapi memperbesar kotak. Setelah identitas diri atau brand identity kita terbangun dengan baik, maka jangan kita tergoda untuk think outside the box - selain amat sulit karena kita akan memulainya dari nol – juga akan merusak brand identity yang sudah dengan susah payah kita bangun. Sebaliknya yang kita perlu terus lakukan adalah grow the box , sehingga dari waktu ke waktu ruang lingkup cakupan pekerjaan kita semakin luas – bukan berganti satu pekerjaan ke pekerjaan lain tetapi sama-sama sempitnya.

Kelima fokus pada kerja karena inilah yang bisa kita lakukan, sedangkan hasil itu diluar kemampuan kita untuk menentukannya. Kesadaran untuk memilah mana yang tugas kita (bekerja) dan mana yang hak Allah untuk menentukan (hasil)-nya ini akan membuat kita lebih ikhlas menerima hasil apapun dari kerja maksimal kita, juga kita tidak akan menghalalkan segala cara untuk mengalahkan musuh kita – yaitu inflasi yang memiskinkan kita tersebut diatas.

Maka, prajurit tangguh yang siap berperang ini sekarang ada di diri kita, inflasi-pun insyaAllah akan bisa kita kalahkan !. Amin

‘Intan Berlian’ Di Sekitar Kita, Bagaimana Menggosoknya...?


Pada Acara piala sepak bola dunia 2006 di Jerman, saya termasuk yang memperoleh pengalaman luar biasa bisa menyaksikan acara bergengsi yang menjadi perhatian seluruh dunia tersebut secara langsung di balkon VIP FIFA Arena - Munich. Bukan hanya itu, layanan VIP juga diberikan oleh tuan rumah yang saya kunjungi sejak saya turun dari pesawat. Tidak seperti biasanya ketika kita masuk negeri orang harus antri melalui jalur custom dlsb., hari itu mereka mengirim limousine langsung ketangga pesawat – agar saya bisa dibawa melalui jalur khusus – yang tidak perlu berurusan dengan custom, bagasi dan tetek bengeknya. Mengapa mereka memberikan penghargaan secara luar biasa – bak para bintang World Cup – ke saya hari itu ?. Itu karena ada perusahaan raksasa negeri itu yang eager sekali - ingin belajar tentang konsep ekonomi Islam dari saya !.

Di Jerman saat itu sedang digodog peraturan baru tentang asuransi kesehatan swasta yang mereka pandang selama ini berjalan kurang adil kepada para pemegang polisnya. Kita tahu di Jerman dan seluruh dunia (termasuk di Indonesia hingga saat ini), semakin tua seseorang akan membayar premi asuransi kesehatan yang semakin mahal – katanya karena faktor risiko yang semakin tinggi.

Tetapi perusahaan asuransi (sengaja) lupa dalam satu hal, bahwa rata-rata orang yang bekerja membayar premi asuransi kesehatan sampai 20 tahun lebih – tanpa klaim , ini adalah rentang waktu rata-rata sejak orang memasuki dunia kerja awal usia 20-an sampai usia awal 40-an, mayoritas orang tidak pernah masuk rumah sakit di rentang usia ini.

Peluang orang masuk rumah sakit menjadi lebih tinggi setelah usianya di pertengahan 40-an keatas, maka disinilah perusahaan asuransi mengenakan premi yang mahal itu. Sepintas nampak seolah logikanya benar, tetapi logika ini di challenge oleh para pembuat peraturan di Jerman – yang mempertanyakan : "lantas dimana premi yang dibayar rata-rata orang sejak usia 20-an sampai awal 40-an tersebut ?". Dari sinilah awal muawal-nya mereka menggodog peraturan yang tidak akan lagi mengijinkan perusahaan asuransi kesehatan swasta negeri itu menaikkan premi kepada nasabahnya – hanya karena nasabah tersebut bertambah tua !.

Di tengah kepusingan mengantisipasi peraturan yang baru tersebut, salah seorang eksekutif perusahaan raksasa negeri itu mendengarkan ceramah saya di Singapore tentang konsep ta’awun dalam memikul biaya kesehatan yang bisa diterapkan di jaman modern sekalipun. Bahwa perusahaan asuransi tidak seharusnya mengakui premi yang dibayarkan nasabahnya sebagai pendapatan mereka. Premi tetap milik nasabah mereka (secara bersama-sama) sampai kapanpun, hak perusahaan hanyalah fee atau ujroh atas pengelolaannya yang besarnya disepakati dengan nasabah di awal masa pertanggungan.

Maka selesai seminar, eksekutif tersebut mendekati saya dan mengundang saya untuk menjelaskan konsep tersebut lebih detil di negerinya - Jerman. Agar saya tidak menolaknya, maka mereka memberikan penawaran yang luar biasa – yaitu atas kesediaan saya ceramah satu jam di negerinya – mereka akan membayari tiket VIP World Cup lengkap dengan layanan VIP sejak turun pesawat seperti yang saya ceritakan di awal tulisan ini.

Terus terang sebenarnya saya bukan penggila bola, saya penuhi undangan tersebut juga bukan karena layanan VIP-nya. Tetapi yang menarik saya waktu itu adalah mengapa orang-orang diluar Islam begitu antusiasnya mempelajari detil tentang syariat ini dan bagaimana aplikasinya di bisnis mereka. Sebelum di Jerman tersebut, beberapa kali saya juga berkesempatan menceramahkan konsep ta’awun di Lloyd of London – pusat keuangannya Inggris. Dari diskusi dengan para eksekutif tersebut-lah saya tahu bahwa mereka sedang mencari solusi atas masalah-masalah yang mereka hadapi, dan solusi ini bisa jadi datang dari Islam.

Ironi memang, disatu sisi sebagian mereka membenci Islam tetapi sebagian yang lain mengakui keunggulan solusi-solusinya. Sehingga jangan heran misalnya di beberapa negara yang Islam dibenci oleh sebagian rakyatnya, (sebagian) pelaku ekonominya pada meng-klaim bahwa negeri atau kota mereka-lah yang akan menjadi Islamic Financial Hub-nya !. Bagaimana ini bisa dijelaskan ?. Bukan hanya para eksekutif yang mendengarkan saya yang belajar syariat akhirnya - saya sendiri juga belajar melihat syariat ini dari sudut pandang yang lain.

Sesuai janji Allah : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS 3 : 139), maka sesungguhnya apa-apa yang dihasilkan oleh ajaran Islam ini pastilah sangat tinggi nilainya.

Ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip nilai Islam misalnya, ia ibarat intan berlian yang selama ini terkubur dalam-dalam oleh system ribawi, kapitalisme, neoliberalisme dlsb. Bagi orang yang tahu bahwa ini sesungguhnya intan berlian, maka dia berusaha menggosoknya tanpa lelah sehingga bebas dari segala macam debu yang menutupinya, menggosoknya terus sampai mengkilap menampakkan keindahan aslinya. Setelah intan berlian tersebut benar-benar bebas dari debu-debu yang menutupinya, maka siapapun yang melihatnya – baik dia muslim maupun non muslim – semua bisa menikmati keindahannya, barangkali inilah salah satu tafsir ...Rahmatan Lil – ‘Alamin itu....!.

Sejak saat itulalah saya berpikir untuk terus menggosok intan berlian – intan berlian berikutnya yang ada di sekitar kita yang masih begitu banyak terkubur oleh debu riba, materialisme, kapitalisme dan konco-konconya. Maka selain Dinar ada Project Gedebog Pisang, Kambing Putih, Bazaar Madinah dlsb. Tetapi kemampuan saya terbatas, banyak sekali intan berlian- intan berlian lainnya yang perlu digosok, dan inilah kesempatan Anda untuk melakukannya juga.

Sulitkah ini ?. ya nggak usah ambil yang sulit seperti program asuransi kesehatan yang memerlukan teknik aktuaria yang sangat njlimet dalam contoh tersebut di atas, ambil yang Anda bisa di lingkungan Anda dan yang sesuai dengan bidang yang Anda kuasai. Untuk konkritnya, saya beri contoh elaborasinya dari kasus pedagang imaginer penjual beras pak Abdullah yang saya perkenalkan ke Anda melalui tulisan saya tanggal 2 maret lalu dengan judul “Model Kemakmuran Para Pedagang...”.

Setelah Pak Abdullah membaca tulisan saya berikutnya tanggal 04 Maret 2011 dengan judul “10 Hal Yang InsyaAllah Mendatangkan Keberkahan Dalam Perdagangan...”, pak Abdullah menjadi tahu bahwa salah satu penyebab yang bisa menghilangkan keberkahan jual belinya adalah bila dia tidak ungkapkan cacat barang dagangannya kepada para pembeli.

Sedangkan dalam dunia perdagangan beras yang dijalaninya sehari-hari, amat sangat sulit bisa mengetahui secara akurat beras apa yang sesungguhnya dia jual. Beras dengan merek yang sama –pun ketika dimasak hasilnya bisa lain. Beras begitu mudah di-oplos oleh pedagang perantara, sehingga merek yang tercetak di karung begitu mudah dipalsukan dan tidak bisa menjadi jaminan atas kwalitas beras yang ada di dalam karung tersebut.

Menjadi lebih sulit lagi karena para pembeli membeli beras tersebut masih dalam kondisi mentah – dengan utmost good faith (prasangka yang sangat baik) - bahwa setelah dimasak nanti akan seperti yang diharapkan rasanya, bagaimana kalau ternyata setelah matang rasanya tidak seperti yang diharapkannya ?. Siapa yang salah ?.

Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui pak Abdullah karena kekhawatirannya akan kehilangan keberkahan dalam jual belinya. Maka pak Abdulullah menelusuri asal-usul beras yang dijualnya, mendokumentasikannya dengan rapi, kemudian secara maksimal menginformasikan seluk beluk beras yang dijualnya tersebut kepada seluruh pembelinya.

Lebih dari itu agar calon pembeli memperoleh informasi yang sangat akurat tentang beras yang akan dibelinya, pak Abdullah memasak satu piring dari setiap jenis beras yang dijualnya setiap hari – kemudian menaruh sepiring beras yang telah menjadi nasi tersebut diatas beras yang dijajakannya – sebagai contoh. Dengan demikian calon pembeli bisa mengetahui, ini mentahnya , kalau dimasak dengan benar , ini pula matengnya ketika beras menjadi nasi.

Karena akurasi informasi yang pak Abdullah sajikan tersebut-lah maka dia menjadi pedagang beras yang insyaAllah tidak akan kekurangan pembeli baik muslim maupun non muslim. Para pembelinya kini dapat melihat beras ‘intan berlian’ yang telah digosok secara maksimal oleh pak Abdullah, bukan karena sekedar ingin laris dagangannya – tetapi lebih dari itu Pak Abdullah ingin agar jual beli yang dilakukannya mendatangkan berkah !.

Dengan contoh elaborasi bagaimana seorang pak Abdullah pedagang beras bisa menggosok ‘intan berlian’-nya ini, maka Anda-pun insyaAllah punya gambaran yang akurat tentang bagaimana menggosok ‘intan berlian’ yang ada di sekitar Anda. Setelah Anda melakukannya dengan sungguh-sungguh dan dengan ikhtiar yang maksimal, maka kilauan ‘intan berlian’ tersebut bukan hanya Anda yang bisa menikmatinya – tetapi masyarakat lain di sekitar Anda-pun bisa ikut menikmatinya. Bisa bukan ?. InsyaAllah.

Investasi : Upaya Untuk Membedakan Yang Ilusi Dengan Yang Solusi...



Perintah menegakkan timbangan diulang-ulang di beberapa ayat di Al-Quran untuk menekankan pentingnya berbuat adil dalam muamalah maupun dalam seluruh aspek kehidupan kita. Lantas bisakah kita menimbang secara adil bila timbangannya itu sendiri bias dalam nilai ?. Bila timbangannya sendiri dari waktu ke waktu menyusut daya belinya ?. Pastinya tidak akan mudah, ambil contoh kasus berikut supaya masalah ini bisa lebih mudah dipahami.

A dan B sepakat untuk kerjasama usaha warung makan, A sebagai pemodal (shahibul mal) dan B sebagai pelaksananya ( mudharib). Mereka mulai usaha Januari 2008 dengan modal Rp 500 juta. Setelah tiga tahun berlalu, setiap akhir tahun B memberikan laporan keuntungan bersih 20 % (Rp 100 juta) atas usaha bersama ini, yang kemudian dibagi berdua @ Rp 50 juta. Adilkah muamalah ini ?. Dengan timbangan Rupiah nampaknya sudah adil, namun mari kita coba lihat dengan kacamata yang lain – kita gunakan benda riil kambing misalnya - untuk menimbang modal dan bagi hasilnya.

Rp 500 juta awal tahun 2008 setara dengan 429 ekor kambing kelas baik untuk qurban. Sekarang kita lihat bagi hasilnya berturut turut Desember 2008 Rp 50 juta setara 39 ekor kambing, Desember 2009 Rp 50 juta setara 34 ekor kambing dan Desember 2010 Rp 50 juta setara 29 ekor kambing. Selain bagi hasil ini, modal si A harusnya utuh Rp 500 juta yang pada Desember 2010 setara 286 ekor kambing. Usaha ini bisa berkelanjutan demikian, tetapi modal si A bila dikonversikan dengan satuan kambing makin lama akan makin mengecil.

Bila ditotal modal dan bagi hasil yang diterima oleh si A dalam tiga tahun saja, secara keseluruhan nilainya pada akhir 2010 setara dengan 388 ekor kambing. Lho kok lebih rendah dari modal awal tiga tahun lalu yang setara 429 ekor kambing ?. Inilah ilusi yang terjadi sebagai akibat dari penggunaan timbangan uang kertas yang tidak adil itu. Anda sudah merasa berinvestasi dengan bagi hasil bersih rata-rata 10% pertahun – yang menurut kacamata Rupiah mestinya menjadi investasi yang lumayan baik, namun dengan kacamata benda riil asset Anda sesungguhnya bukannya bertambah tetapi berkurang.

Proses yang sama terjadi pada seluruh penabung yang menabung dalam Rupiah dan mendapat bagi hasil dalam Rupiah, yang membayar premi asuransi dalam Rupiah atau Dollar dan menerima pencairannya sekian tahun kemudian dalam Rupiah atau Dollar, yang menyisihkan sebagian gajinya untuk dana pensiun dan menerima haknya sekian puluh tahun kemudian ketika pensiun. Angka-angka di tabungan, nilai tunai asuransi ataupun dana pensiun terus menggelembung - namun daya belinya terhadap benda-benda riil terus menyusut.

Lantas apakah solusinya terus rame-rame pindah ke kambing atau Dinar ?, tidak juga demikian. Seluruh sektor riil yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia, insyaAllah baik untuk menjadi solusi investasi Anda. Hanya saja timbangannya ketika Anda investasi di sektor riil tersebut, hendaknya juga benda riil dan bukan lagi uang kertas yang menyusut nilainya.

Bagaimana aplikasinya ?. Bila Anda bermitra untuk berdagang beras misalnya, maka jumlah beras ini yang idealnya menjadi timbangannya bila memungkinkan. Namun kalau hal ini juga belum menjadi solusi karena tidak semua sektor riil mudah di kwantifisir dengan barang dagangannya sendiri, Anda dapat gunakan emas atau Dinar sebagai timbangan atau unit of account-nya. ?. Mengapa emas atau Dinar ?. Pertama karena emas atau Dinar adalah benda riil yang selalu bisa di terima oleh peradaban manusia dimanapun dan kapan-pun, yang kedua standar informasi harga emas atau Dinar yang easily available – juga dimanapun dan kapanpun, dan yang ketiga ada bukti yang shahih lebih dari 1400 tahun bahwa daya beli emas atau Dinar ini baku sepanjang masa.

Ilusi investasi tersebut diatas sesungguhnya tidak hanya dialami oleh individu tetapi juga dialami oleh korporasi. Perusahaan-perusahaan yang pertumbuhan penghasilan dan asset bersihnya tidak bisa mengimbangi kenaikan harga-harga komoditi riil ( bukan hanya angka inflasi umum yang rata-ratanya dikisaran 6.8% per tahun selama 5 tahun terakhir, tetapi juga inflasi bahan pangan yang rata-ratanya sampai 12 % per tahun untuk periode yang sama) , pasti akan mengalami penyusutan asset bila disetarakan dengan komoditi riil. Bila Anda bekerja di dalam perusahaan semacam ini, Andapun akan terkena getahnya yaitu kenaikan gaji yang tidak bisa mengimbangi angka inflasi – khususnya inflasi bahan pangan.

Untuk membantu perusahaan Anda menjadi high growth company sehingga mampu memakmurkan orang-orang yang bekerja didalamnya, kami telah mengembangkan model sederhana untuk corporate planning berbasis emas atau Dinar. Saat ini solusi tersebut terdiri dari :

· Financial Modeling

· Forecasting

· Financial Analysis

· Sensitivity Analysis

· Scenario Analysis

· J-Curve Analysis

· NPV, MIRR, Payback Period

· Dll.

Karena semua modeling, forecasting dan berbagai analysis yang kami kembangkan tersebut menggunakan emas atau Dinar sebagai dasarnya, insyaAllah Anda akan bisa membedakan mana keputusan investasi perusahaan Anda yang benar-benar menjadi solusi, dan mana investasi yang hanya memberikan ilusi.

Contoh screen shot analysis yang kami buat dengan fasilitas Excel 2007 ini dapat dilihat pada dua grafik dibawah. Agak terlalu njlimet bila saya ulas disini, namun bagi Anda yang day today-nya terlibat dalam keputusan investasi di perusahaan Anda, atau bagi kalangan akademisi yang tertarik mendalami Dinar/Gold Based Financial Modeling, Forecasting and Analysis ini , saya bersedia meluangkan waktu untuk share dengan Anda secara mendetil.








Screen Shot : Gold Based Sensitivity Analysis

Yang Anda perlukan untuk ini hanyalah aplikasi Excel 2007 yang di-install lengkap add-ins – nya (versi sebelum atau sesudahnya mungkin juga bisa, hanya belum saya coba saja) , pengetahuan dasar penggunaan excel dan sedikit pengetahuan tentang istilah-istilah atau konsep-konsep keuangan seperi NPV, Payback, IRR, MIRR, WACC dan sejenisnya yang mudah dipelajari sambil jalan.




Screen Shot : Scenario and J-Curve Analysis

Siapa tahu dengan sedikit pengetahuan dibidang ini bisa membawa perusahaan Anda tumbuh mengalahkan inflasi bahan pangan sekalipun, sehingga orang-orang yang bekerja didalamnya juga mengalami peningkatan kemakmuran yang sesungguhnya – bukan hanya ilusi. Amin.


10 Hal Yang InsyaAllah Mendatangkan Keberkahan Dalam Perdagangan...


Dalam tulisan saya dua hari lalu (02/03/11) tentang Model Kemakmuran Para Pedagang, telah saya uraikan bagaimana secara materi para pedagang memperoleh kemakmurannya melalui dua hal yaitu perputaran modal (frequency) dan margin perdagangan yang wajar. Namun diluar hal yang bersifat materi ini, ada yang jauh lebih penting yaitu keberkahan dari harta itu sendiri. Lantas bagaimana caranya agar kita bisa meraih keberkahan dalam perdagangan ini ?. Berikut saya ambilkan diantaranya 10 hal dari Kitab Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq.

Ketika ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam : “Wahai Rasulullah, apa pekerjaan yang terbaik ? (maksudnya yang paling halal dan paling berkah)”, Rasulullah menjawab, “Pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan transkasi jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad dan Bazzar). Mabrur artinya halal dan berkah, baik, bersih, suci, bebas dari dosa. Secara konkrit yang bisa kita ikuti dan praktekan untuk jual beli yang mabrur atau halal dan berkah ini adalah jual beli yang dilakukan dengan cara-cara atau mengandung hal-hal yang antara lain sebagai berikut :

1. Sigap, mensegerakan berpagi-pagi mencari rizki. Dasarnya adalah do’a Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam “ Ya Allah, berkahilah bagi umatku yang bersegera mencari rizki di pagi buta”.

2. Jual beli yang dilakukan dengan saling ridlo dan tidak ada paksaan, penjual tidak boleh mengkondisikan agar seseorang terpaksa membeli – pembeli juga tidak boleh mengkondisikan agar seseorang terpaksa menjual. Dasarnya adalah Ayat “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu...” (QS 4 : 29).

3. Menyempurnakan takaran/timbangan dan tidak menguranginya. Dasarnya ada di beberapa ayat antara lain QS 6 : 152 ; QS 17 : 35 dan QS 83 : 1 - 6.

4. Jual beli yang saling memudahkan. Dasarnya adalah hadits Bukhari dan Tirmidzi yang meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda, “Allah merakhmati seseorang yang memberikan kemudahan apabila dia menjual, membeli dan menagih haknya”.

5. Tidak bersumpah untuk sekedar melariskan perdagangan. Dasarnya adalalah hadits “Sumpah itu bisa melariskan dagangan, akan tetapi dapat menghapus keberkahannya”. (HR Bukhari dan lainnya dari Abu Hurairah).

6. Tidak mempermainkan harga. Dasarnya adalah hadits Ashabus Sunan dengan sanad perawi yang sahih telah meriwayatkan dari Ansa R.A, ia berkata “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga-harga untuk kami”. Rasulullah menjawab, “ Allah Penentu harga, Penahan, Pembentang dan Pemberi rizki, aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedzaliman dalam urusan darah dan harta””.

7. Tidak menimbun barang yang dibutuhkan masyarakat. Dasarnya hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Hakim, Ibnu Syaibah dan Al –Bazzaz, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda, : “Barang siapa yang menimbun barang pangan selama 40 hari, ia sungguh telah lepas dari Allah dan Allah telah berlepas darinya”.

8. Tidak menyembunyikan kelemahan atau cacat barang yang dijualnya. Cacat barang, kelemahan atau kekurangan harus ditunjukkan/dijelaskan ke pembeli. Dasarnya hadits “Seseorang muslim itu saudara, maka tidak dihalalkan menjual kepada saudara sesama Muslim barang yang cacat, kecuali ia telah menjelaskan cacat tersebut”. (HR Ahmad, Ibnu Majjah, Daruquthni, Hakim dan Thabrani).

9. Tidak menipu atau konspirasi mempermainkan pembeli, kartel harga dan sejenisnya. Dasarnya antara lain Hadits “Barang siapa menipu kami, maka ia bukan termasuk golongan kami”.

10. Tidak mengandung Maisir (Perjudian), Gharar (Spekulatif) dan Riba. Dasarnya ada di sejumlah ayat Al-Qur’an antara lain QS 2:279 ; QS 4 : 161 ; QS 30 : 39 dan sejumlah hadits yang terkait dengan masalah-masalah ini.

Sama dengan ikhtiar yang sifatnya materi seperti dalam tulisan sebelumnya tersebut diatas, ikhtiar untuk memperoleh keberkahan ini juga bukan hal yang tidak mungkin untuk kita laksanakan dalam perdagangan sehari-hari. Yang diperlukan adalah ke-istiqomah-an kita dalam mengamalkannya.

Maka bersamaan dengan akan dibukanya Bazaar Madinah dalam satu-dua bulan kedepan misalnya, poin-poin tersebut mulai kita sosialisasikan kepada para calon pedagang di Bazaar Madinah. Bila para eksekutif ketika baru diangkat menanda tangani Pakta Integritas. Maka para pedagang di Bazaar Madinah ketika mendaftar antara lain menanda tangani pakta ketaatan pada syariah yang antara lain mengandung sepuluh hal tersebut diatas. InsyaAllah rizki kita semua melimpah dan juga berkah.... Amin.






















Teori Cycle-50 Untuk Memahami Sampai Dimana Harga Emas/Dinar Akan Turun...

Oleh Muhaimin Iqbal  
 
Ada teori yang unik yang dari waktu ke waktu ditemukan atau dikembangkan orang untuk memahami perilaku pasar, baik itu yang terkait dengan saham, komoditi maupun emas dlsb. Yang sudah pernah saya perkenalkan di situs ini antara lain adalah tentang Teori Fibonacci dan Teori Peluruhan. Kali ini saya akan perkenalkan teori baru yang saya sebut saja Cycle-50, yang saya harapkan berguna untuk memahami perilaku pasar terutama ketika harga lagi turun seperti yang sedang terjadi beberapa pekan terakhir.

Yang selalu menjadi pertanyaan orang ketika harga sedang terus menerus turun adalah sampai kemana penurunan harga ini nantinya ?. Maka saya ibaratkan orang berlari marathon, dari waktu kewaktu dia perlu istirahat sejenak untuk mengambil nafas atau minum – setelah itu dia akan melanjutkan perjalanannya kembali.

Mengambil nafas atau minumnya pasar adalah ketika para pelakunya merasa harga sudah ketinggian dan rame-rame mengambil aksi profit taking. Karena pelaku pasar adalah manusia, maka ketika sekumpulan manusia tersebut mengambil langkah yang mirip satu sama lain secara bersama-sama – maka yang terjadi adalah perilaku pasar yang juga mirip perilaku manusia.

Nah untuk menduga sampai dimana harga emas akan turun, kita bisa melihat dari statistik – berapa lama waktu yang diperlukan pasar untuk mengambil nafas atau minum tersebut. Alhamdulillah GeraiDinar memiliki statistik yang otomatis terbangun dari update harga real time yang tersaji setiap 6 jam di situs ini. Tanpa terasa pencatatan statistik secara otomatis ini sudah berjalan hampir tiga tahun – jadi kami memiliki catatan yang lumayan reliable untuk dibuat kajiannya.

Dari mengamati perilaku naik turunnya harga emas atau Dinar selama tiga tahun tersebut, ada pola yang dapat kami tangkap ketika harga emas lagi turun. Pola tersebut terjadi dalam rentang waktu yang mirip satu sama lain yaitu 50 hari-an, itulah sebabnya siklus ini saya sebut Cycle-50. Rentang waktu 50 hari tersebutlah nampaknya yang diperlukan untuk pasar mengambil nafas sebelum melanjutkan ke perjalanan berikutnya mengikuti trend utamanya.

Hasil dari kajian ini dapat dilihat pada grafik dibawah. Ada setidaknya 4 kejadian Cycle-50 yang kami deteksi dari statistik harga emas atau Dinar selama tiga tahun terakhir.


Cycle-50

Waktunya mirip satu sama lain yaitu 50 hari, tetapi tingkat penurunannya yang berbeda. Makin lama –makin mengecil penurunan ini. Ketika harga Dinar mencapai puncak tertinggi 21 Februari 2009 pada angka Rp 1,640,280 ; sekitar 50 hari kemudian tanggal 12 April pasar mengalami penurunan sampai ke angka Rp 1,424,160 atau mengalami penurunan sebesar 13 %.

Kejadian kedua adalah ketika Dinar mencapai angka Rp 1,587,710 tanggal 2 Desember 2009 , 50 hari kemudian tanggal 22 Januari 2010 , Dinar jatuh sampai angka Rp 1,420,470 atau turun sebesar 11 %. Kejadian ketiga dari angka Rp 1,594,370 (8 Juni 2010) turun ke angka Rp 1,440,670 (28 Juli 2010) atau turun 10 %.

Dan terakhir adalah dari angka tertinggi Rp 1,776,940 tanggal 7 Desember 2010 lalu , 50 hari kemudian tanggal 26 Januari 2011 kemarin turun ke angka Rp 1,690,590 atau mengalami penurunan sekitar 5 %.

Lantas mengapa angka persentase penurunan pada Cycle-50 tersebut makin mengecil dari waktu ke waktu ?. Dugaan saya, ini terkait dengan dorongan keatas yang lebih kuat daripada sebaliknya. Ketika pasar melihat trend utamanya harga emas seharusnya naik ( perhatikan trendline garis merah), maka pasar tidak akan menunggu harga jatuh terlalu jauh sebelum mulai rame-rame membeli kembali .

Bila teori ini benar dan dapat dipahami, insyaallah akan lebih mudah kita mengambil keputusan kapan sebaiknya mengamankan asset kita dengan emas atau Dinar ini. Meskipun dalam jangka panjang trend emas atau Dinar dipahami lebih condong naik, adalah manusiawi juga bila kita bersedih ketika dalam jangka pendek asset kita turun nilainya - nah pemahaman terhadap teori semacam Cycle-50 inilah yang dapat menjadi penghiburnya.

Teori saya ini bisa saja keliru tetapi nanti waktu yang akan membuktikannya. Saya akan sangat senang bila ada mahasiswa S-2 atau S-3 dari berbagai bidang yang tertarik mendalami dan mengembangkan lebih lanjut teori Cycle-50 ini, mudah-mudahan bermanfaat. Amin.

Inflasi : Proses Pengurangan Timbangan Secara Massal, Salah Siapa...?

Oleh Muhaimin Iqbal

Supaya ada rasa empati kita dengan sebagian penduduk negeri ini yang bekerja sebagai pekerja kasar, marilah kita bayangkan diri kita adalah mereka - setiap hari kita bekerja keras banting tulang untuk menghidupi anak istri. Sebagai buruh kasar , tahun 2006 kita mendapatkan upah rata-rata Rp 30,000/hari. Sebagian dari kita ada yang beruntung bekerja pada majikan yang usahanya berjalan baik sehingga mampu menaikkan upah 10% per tahun, maka upah mereka ini tahun 2010 lalu telah menjadi Rp 44,000/hari.

Sebagian yang lain bekerja dengan majikan yang usahanya pas-pasan - majikan ini hanya mampu menaikkan upah 5% per tahun – maka upah mereka menjadi Rp 36,500/hari. Sebagian yang lain lagi, majikannya hanya mampu untuk sekedar survive di tengah persaingan dan krisis ekonomi global – mereka tidak mampu menaikkan upah buruh – tetapi masih untung tidak mem-PHK-kan para buruhnya – maka untuk mereka ini upahnya tetap Rp 30,000/ hari hingga kini.

Baik yang bekerja di majikan yang usahanya maju, pas-pasan maupun yang sekedar survive – semuanya sama telah bekerja dengan sangat keras selama lima tahun dari 2006 – 2010 untuk tetap mendapatkan upahnya masing-masing. Sebagai buruh kasar dengan penghasilan antara Rp 30,000/hari s/d Rp 44,000/ hari tersebut – sebagian terbesar dari penghasilan ini habis untuk membeli bahan pangan untuk bertahan hidup sehari-hari.

Di sinilah masalahnya, meskipun mereka tetap terus dapat bekerja keras – dan majikan merekapun dengan kegigihannya mampu mempertahankan lapangan kerja yang ada – dari waktu ke waktu ketika upah hendak kita belikan bahan pangan beras misalnya – terus berkurang beras yang dapat kita bawa pulang untuk keluarga kita.

Dengan penghasilan Rp 30,000/hari tahun 2006 dapat untuk membeli beras sebanyak 9 kg – upah yang sama kini hanya cukup untuk membeli 6 kg beras. Yang penghasilannya naik 5% per tahun dengan upah Rp 36,500/ hari, kini hanya cukup untuk membeli 7 kg beras. Sedangkan yang naik 10 % per tahun dengan upah Rp 44,000 per hari kini hanya dapat untuk membeli beras 8 kg. Grafik dibawah menggambarkan nilai tukar upah tersebut diatas terhadap beras yang dihitung berdasarkan data inflasi kelompok bahan pangan dari Biro Pusat Statistik.


Upah Buruh Setara Beras...

Lantas siapa yang ‘mengurangi timbangan’ beras kita tersebut ? dengan kerja keras yang sama beras yang dapat kita beli kok terus berkurang dari waktu ke waktu ?. Inilah yang namanya inflasi, maka tugas para pemimpin dan otoritas keuangan dan moneter negeri ini antara lain adalah untuk menjaga agar inflasi serendah mungkin dan tidak boleh melebihi kenaikan daya beli masyarakat.

Inilah yang diingatkan oleh Ibnu Taimiyyah kepada pemimpin negeri di jamannya, “Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di tangan mereka”.

Kegagalan mempertahankan daya beli fulus atau uang kertas sekarang adalah kegagalan untuk menegakkan timbangan – terlihat dari semakin sedikitnya beras yang dapat ‘ditimbang’ dengan uang yang sama seperti dalam contoh tersebut diatas.

Tegaknya timbangan ini adalah bagian yang amat sangat penting dalam Islam yang muncul di beberapa ayat di Al-Quran. Bahkan Allah mencela orang-orang yang mengurangi timbangan tersebut. “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS 83 : 1-3).

Kalau mengurangi timbangan yang dilakukan oleh individu yang korbannya adalah individu yang lain saja sudah cukup bagi Allah untuk mendatangkan kecelakaan besar, lantas apa yang terjadi bila pengurangan timbangan ini terjadi secara sistematis dan massal – melalui penurunan daya beli mata uang – daya beli hasil kerja keras ratusan juta penduduk negeri ini ?. Mungkin inilah yang perlu jadi renungan para pemimpin negeri ini di eksekutif, legislative maupun yudikatif.

Kita perlu rame-rame mengkampanyekan tegaknya timbangan dalam arti luas, agar Allah tidak menimpakan kecelakaan besar bagi negeri ini. Semoga Allah memberi petunjuk jalanNya yang lurus bagi kita dan para pemimpin kita. Amin.

Kecerdasan Finansial Islami : Dimana Memutar Uang Anda Tahun 2011 Ini...?

Oleh Muhaimin Iqbal  

Saya mulai memperkenalkan istilah Kecerdasan Finansial Islami melalui tulisan saya tanggal 13 Januari 2011 lalu bersamaan dengan proses methamorphosa-nya situs ini – dari sekedar memperkenalkan Dinar dan Dirham – ke program yang lebih luas yaitu solusi ekonomi syariah dalam arti yang luas – mencegah kelaparan, mengatasi kemiskinan dan membangun kemakmuran. Ada empat aspek garapan yang menjadi program kami yaitu aspek permodalan, aspek sumberdaya, aspek pasar dan aspek ketahanan ekonomi atau yukhsinun.

Aspek ketahanan ekonomi khususnya ketahanan nilai atau daya beli telah sangat banyak saya tulis mengenai seluk beluk Dinar di situs ini. Tentang pasar, juga konsepnya sudah saya perkenalkan melalui beberapa tulisan yang menyangkut project Medina Market. Tentang sumber daya, sudah mulai saya tulis dalam konteks Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin. Insyaallah tulisan-tulisan tersebut akan terus kami perdalam bersamaan dengan pengalaman implementasinya di lapangan.

Kali ini saya akan tulis tentang aspek modal, khususnya adalah modal yang kini ada di tangan Anda keputusan penggunaannya. Bila Anda termasuk sedikit warga negeri ini yang memiliki kelebihan uang tahun ini, dimana Anda akan memutarnya untuk manfaat yang maksimal ?. Berikut adalah pilihan-pilihannya yang saya sarikan dari sumber statistik lima tahun (2006-2010) dari Biro Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia , Bursa Efek Jakarta dan data internal GeraiDinar.Com sendiri. Perhatikan grafik dibawah untuk lebih memudahkan Anda memahami penjelasannya.


Pertama Anda harus tahu target hasil dari investasi Anda. Apa benchmark-nya untuk ini ?. Yang baku adalah angka inflasi !. Statistik lima tahun terakhir menunjukkan angka inflasi di negeri ini adalah 6.80 % untuk rata-rata inflasi umum, dan 12.00 % untuk rata-rata inflasi bahan pangan. Mana yang Anda pilih sebagai target ? tergantung dari tingkat penghasilan Anda.

Semakin rendah penghasilan seseorang, semakin banyak porsi dari penghasilannya yang digunakan untuk membeli bahan pangan. Jadi kalau penghasilan Anda tinggi dan porsi penghasilan Anda yang dipakai untuk membeli bahan pangan tidak dominan, maka target inflasi umum rata-rata yang 6.8% adalah cukup.

Bila target Anda adalah inflasi umum ini, maka tabungan di bank umum yang memberikan bunga rata-rata selama lima tahun terakhir 9.45% ; atau bagi hasil rata-rata bank syariah sebesar 7.19% adalah memadai dari sisi angka. Tetapi bunga dari bank umum saya tidak dapat rekomendasikan karena sudah di fatwakan keharamannya oleh fatwa MUI no 1 tahun 2004. Maka bila Anda comfortable dengan hasil tabungan bank, pilihannya ada di tabungan atau deposito mudharabah bank-bank syariah.

Bila porsi penghasilan Anda lebih banyak untuk membeli bahan pangan, maka benchmark yang Anda harus gunakan adalah inflasi rata-rata bahan pangan yang selama lima tahun terakhir berada di angka 12 %. Apa pilihannya untuk ini ?, bank baik yang umum maupun yang syariah keduanya tidak bisa memberikan hasil rata-rata yang melebihi inflasi rata-rata bahan pangan ini. Maka untuk mempertahankan daya beli Anda terhadap bahan pangan antara lain Anda dapat gunakan emas atau Dinar yang selama 5 tahun terakhir mengalami apresiasi rata-rata di angka 20.24% - jauh diatas inflasi rata-rata bahan pangan.

Tetapi untuk emas atau Dinar , saya sendiri tidak menyarankan Anda menyimpannya dalam jumlah banyak. Sekedar secukupnya untuk mempertahankan daya beli Anda pada kebutuhan pokok yang penting seperti membeli makanan, biaya kesehatan, biaya sekolah anak-anak, biaya hidup hari tua dan sejenisnya.

Lantas bagaimana kalau uang Anda lebih dari sekedar cukup untuk mempertahankan daya beli terhadap kebutuhan pokok ?, saya sangat menganjurkan Anda menekuni investasi bidang riil. Saya terus terang kesulitan untuk mencari hasil rata-rata sektor riil, tetapi kinerja bursa saham dapat sedikit merepresentasikan contoh kinerja sektor riil ini – meskipun harus dipahami bahwa fluktuasi harga saham di bursa juga sangat dipengaruhi hal-hal lain yang sebenarnya tidak terkait langsung dengan sektor riil.

Untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lima tahun terakhir, appresiasi rata-ratanya mencapai angka 29.23 % dengan fluktuasi yang sangat tinggi. Pernah mencapai apresiasi 55% (2006) tetapi juga pernah anjlog ke minus 11% (2008). Sisi risiko inilah cerminan sektor riil yang bisa memberikan hasil yang luar biasa, tetapi risiko sebaliknya juga bisa terjadi !.

Lantas dengan uraian tersebut diatas, mana yang paling disarankan untuk pemula ?. mengkombinasikan dari ketiganya insyaAllah lebih aman untuk memulai. Sebagian uang Anda tetap di bank syariah untuk keperluan jangka pendek yang kurang dari satu tahun, sebagian di emas atau Dinar untuk kebutuhan jangka menengah dan panjang dan sebagian juga untuk berlatih usaha langsung di sektor riil.

Aspek terakhir tersebut saya tekankan karena porsi yang diinvestasikan di sektor riil secara langsung inilah yang akan paling bermanfaat untuk Anda sendiri maupun masyarakat sekeliling Anda. Siapa tahu Anda bisa menjadi penabur kebahagiaan bagi masyarakat sekeiling Anda. Amin.

Forecast Harga Emas Dunia 2011-2012 Oleh Credit Suisse...

Oleh Muhaimin Iqbal

Dalam tulisan saya akhir Desember 2011 lalu dengan judul Estimasi Konservatif Harga Emas/Dinar 2011, saya membuat prakiraan harga emas akan berada di kisaran US$ 1,500/oz sampai US$ 1,600/oz pada akhir 2011 nanti. Belakangan saya tahu bahwa kurang lebih pada waktu yang bersamaan ada lembaga keuangan global – Credit Suisse – yang membuat prakiraan harga emas akhir 2011 dekat sekali dengan prakiraan konservatif saya tersebut. Dalam laporannya akhir tahun lalu, Credit Suisse membuat forecast harga emas dunia akhir 2011 berada di angka US$ 1,580/oz dengan average sepanjang tahun 2011 ini di kisaran angka US$ 1,490/oz atau akan mengalami kenaikan sekitar 21 % dari average 2010 yang berada di angka US$ 1,225/oz.

Lebih jauh lagi Credit Suisse juga membuat forecast untuk rata-rata tahun depan 2012 yang menurut mereka akan berada di kisaran angka US$ 1,720/oz atau mengalami kenaikan sekitar 20% lagi dari posisi rata-rata tahun 2011 ini. Sebagai lembaga keuangan global yang sering menjadi rujukan, tentu mereka punya dasar yang kuat untuk estimasinya tersebut. Berikut adalah dasar-dasar dari forecast mereka :

  • Kekawatiran dunia akan penurunan daya beli uang kertas (currency debasement) atau inflasi yang telah melambungkan harga emas dunia sepanjang 2010 tetap akan berlanjut di tahun 2011. Kondisi ini bahkan akan dianggap ‘normal’ dan berlanjut setidaknya sampai tahun berikutnya.

  • Bank-bank sentral dunia menjadi net buyer emas karena ditengah ketidak pastian ekonomi global, emas akan menjadi reserve asset yang memiliki kredibilitas paling kuat.

  • Satu-satunya institusi global yang menjual emas hanyalah IMF, namun rencana penjualan mereka sebesar 403.3 ton telah semuanya di realisir sampai akhir 2010 lalu.

  • Supply emas baru dari hasil tambang tidak banyak diharapkan bisa meningkat. Kondisi ini juga akan terus berlanjut paling tidak sampai beberapa tahun mendatang.

  • Permintaan emas untuk investasi swasta juga terus meningkat baik di belahan bumi barat maupun di timur khususnya India dan China. 

Gold Forecast by Credit Suisse

Walhasil dengan adanya lima faktor tersebut diataslah Credit Suisse beranggapan akan ada dorongan yang sangat kuat untuk naiknya harga emas dunia di tahun 2011 ini dan setidaknya berlanjut sampai tahun depan 2012.

Namun perlu diingat bahwa namanya juga forecast, meskipun yang membuat lembaga yang sangat competent sekalipun tetap saja bisa salah. Kemungkinan salah ini menjadi semakin besar manakala – ada kejadian yang berada diluar parameter dari dasar prakiraan tersebut. Wa Allahu A’lam.

Menghindar Dari Proses Pemiskinan Jabariyah, Bagaimana...?


Oleh Muhaimin Iqbal

Menurut Dr. Yusuf Qaradhawi ada dua jenis kemiskinan yaitu kemiskinan ikhtiariah dan kemiskinan jabariyah. Kemiskinan ikhtiariah adalah kemiskinan yang terkait dengan ikhtiar seseorang itu sendiri, ada yang mau bekerja keras untuk melawan kemiskinan sehingga bebas darinya dan ada pula yang malas bekerja sehingga kemiskinan menimpanya. Kemiskinan jabariyah lebih bersifat systematis, orang sudah bekerja sangat keras tetapi system yang membuatnya tetap miskin. Lantas masuk kategori yang mana kemiskinan yang melanda negeri ini ?, mari kita lihat faktanya.

Harian kompas pagi ini memuat hasil riset litbang mereka yang antara lain menyatakan bahwa 59.24% penduduk Indonesia tergolong miskin dengan pengeluaran per kapita kurang dari US$ 2 /hari; 29.93% tergolong menengah bawah dengan pengeluaran US$ 2 – US$ 4/hari. 9.7 % tergolong menengah dengan pengeluaran US$ 4 – US$ 10/hari. 0.96 % tergolong menengah atas dengan pengeluaran US$ 10- US$ 20/hari. Dan sisanya 0.17% tergolong masyarakat kelompok atas yang berpengeluaran diatas US$ 20/hari.

Saya ambil saja batas yang berpengeluaran US$ 4/hari atau US$ 1,460/tahun atau setara dengan Rp 13.4 juta /tahun. Angka-angka ini bila dikonversikan dengan Dinar menjadi sekitar 7.9 Dinar per tahun atau mendekati 40% dari nishab zakat yang 20 Dinar.

Jadi bila kita padukan riset-nya litbang Kompas tersebut dengan standar nishab zakat, maka ada 89.17% penduduk negeri ini yang berpengeluaran sama dengan atau kurang dari US$ 4/hari. 89.17% penduduk ini dari kacamata standar kemiskinan menurut Islam kategorinya jelas miskin karena pengeluarannya (kemampuannya untuk membeli barang kebutuhan) kurang dari 40% dari nishab zakat. 89.17% dari 237 juta penduduk Indonesia adalah 211 juta orang – inilah yang masuk kategori miskin berdasarkan standar nishab zakat yang baku sepanjang zaman !.

Menggunakan nishab zakat sebagai tolok ukur pembeda si kaya dan si miskin ini selain akurat juga stabil sepanjang zaman sehingga angkanya tidak pernah perlu diubah. Bayangkan yang menggunakan standar US$ yang dari waktu kewaktu perlu terus di adjust, demikian pula standar Rupiah dan mata uang kertas lainnya.

Bila yang masuk kategori miskin adalah 211 juta orang atau 89.17% dari penduduk; mungkinkan ini karena faktor ikhtiariayah ? 211 juta orang males atau tidak mampu bekerja dengan baik ?. Saya yakin sekali bukan ini penyebabnya. Bisa saja ada sedikit orang yang memang miskin ikhtiariyah – tetapi mayoritasnya pasti karena kemiskinan jabariyah.

Jabariyah dari kata “jabara” yang artinya memaksa; kemiskinan jabariyah adalah kemiskinan yang timbul karena lingkungan atau system yang memaksa orang menjadi miskin. System seperti apakah yang ‘memaksa’ orang menjadi miskin ini ?. Berikut adalah beberapa contoh diantaranya.

System keuangan yang membuat sebagian besar masyarakat pekerja menabung dalam berbagai bentuknya seperti tabungan, deposito, asuransi, dana pensiun dlsb. yang memberikan ilusi nilai. Seolah hasil jerih payah para pekerja tersebut tersimpan untuk berbagai kebutuhan yang akan datang, tetapi ternyata inflasi menggerogotinya lebih cepat dari bertambahnya nilai.

Penelantaran sumber-sumber daya alam kita karena banyak yang lebih suka menguasainya daripada memakmurkannya. Dikala ratusan ribu tenaga kerja kita bekerja sebagai buruh kasar di tanah-tanah perkebunan negeri jiran, puluhan perkebunan di daerah jawa barat – yang hanya beberapa jam dari Jakarta – terlantar tidak terolah.

System pasar yang membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin bertambah miskin karena tidak memiliki akses pasar. Pak haji dan bu haji yang biasa membuka warung berjualan untuk masyarakat sekitarnya – kini menjadi terlalu berat untuk hanya bisa sekedar bertahan. Bahkan sampai ke pelosok-pelosok perkampunan hanya ada dua nama besar jaringan retail yang begitu eksis – yang seolah membuat perdagangan retail rakyat kecil tidak berdaya melawannya.

Dan berbagai system lain yang telah membuat rakyat kebanyakan pemilik seekor kambing kalah berdebat dengan pemilik 99 ekor kambing – dan harus menyerahkan satu-satunya kambing yang dimilikinya.

Lantas apakah kita akan menyerah dengan system yang memiskinkan ini ?, InsyaAllah tidak. Al-Qur’an memberi kita solusi hijrah ketika menghadapi situasi seperti ini.

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". (QS 4 :97).

Jadi solusinya adalah berhijrah; namun dalam menghadapi kapitalisme yang menindas dewasa ini kita tidak bisa berhijrah dalam arti pindah dari satu negeri ke negeri lain; karena kapitalisme ini menindas di hampir seluruh negara di dunia. Bahkan di negara-negara adidaya-pun rakyatnya tertindas oleh kapitalisme, lebih dari itu kapitalisme juga membuat bangkrut negara penganut kapitalisme itu sendiri seperti cerita Erisychthon dari Mythologi yunani kuno.

Karena yang menindas dan memiskinkan kita adalah system kapitalisme, bukan negara dan bukan pejabat – maka hijrahnya kita adalah meninggalkan system yang memiskinkan ini. Bisakah kita melakukan ini ?, insyaAllah ‘kudubisa’!, tulisan saya tanggal 11 januari 2011 adalah salah satu saja dari sekian banyak cara berhijrah secara systemic itu. InsyaAllah.

Orang Yang Berhutang Seribu Dinar

Ini adalah kisah dua orang laki-laki dari kalangan hartawan. Keduanya tinggal di sebuah kota di pesisir pantai. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pedagang. Salah satu dari keduanya terpaksa meminjam seribu dinar dari yang lain. Pemilik uang memberinya seribu dinar hutang tanpa saksi dan tanpa penjamin, karena merasa cukup dengan kesaksian dan jaminan Allah. Penghutang pergi membawa uang itu menyeberangi laut demi tuntutan profesi, yaitu perniagaan. 

Ketika waktu pengembalian sudah dekat, dia tidak menemukan perahu yang mengantarkannya ke kotanya, lalu dia mengambil kayu dan melubanginya. Uang itu diletakkan di lubang itu. Setelah ditutup rapi, kayu itu dilemparkan ke laut dengan diiringi doa agar Allah menyampaikannya kepada pemiliknya. Allah mengabulkan doanya dan mewujudkan harapannya.

Teks Hadis

Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau menyebutkan seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil yang meminta hutang seribu dinar kepada laki-laki lain yang juga dari Bani Israil. Pemilik uang berkata, "Datangkan saksi-saksi kepadaku agar mereka menyaksikannya." Laki-laki itu menjawab, "Cukuplah Allah sebagai saksi." Pemilik uang berkata, "Datangkanlah seorang penjamin." Laki-laki itu berkata, "Cukuplah Allah sebagai Penjamin." Pemilik uang berkata, "Kamu benar."

Lalu pemilik uang memberikan kepadanya untuk jangka waktu tertentu. Penghutang ini pun menyeberangi lautan dan menunaikan kepentingannya, kemudian dia mencari perahu yang memulangkannya karena tempo hutang telah hampir habis. Dia tidak mendapatkan perahu, maka dia mengambil sebatang kayu dan melubanginya. Dia memasukkan seribu dinar ke dalamnya dan sepucuk surat kepada temannya, kemudian dia menutupnya dengan kuat dan membawanya ke laut.

Dia berkata, "Ya Allah sungguh Engkau mengetahui aku berhutang kepada fulan seribu dinar. Dia meminta seorang penjamin kepadaku, lalu aku menjawabnya, 'Cukuplah Alah sebagai Penjamin.' Dia rela dengan-Mu. Dia meminta seorang saksi kepadaku, maka aku menjawabnya, 'Cukuplah Allah sebagai saksi.' Lalu dia rela dengan-Mu. Dan aku telah berusaha mendapatkan perahu untuk memberikan haknya, tetapi aku tidak mendapatkannya. Dan sekarang aku menitipkannya kepada-Mu."

Lalu dia melemparkannya ke laut hingga ia masuk ke dalamnya, lalu dia kembali. Dalam kondisi tersebut dia terus mencari perahu agar bisa pulang ke kotanya. Lalu pemilik uang keluar melihat-lihat, mungkin ada sebuah perahu yang datang membawa uangnya. Dia pun menemukan kayu yang berisi uang tersebut. Dia mengambilnya sebagai kayu bakar untuk keluarganya. Manakala dia menggergaji kayu itu, dia menemukan uangnya dan sepucuk surat.

Selanjutnya, laki-laki yang berhutang itu pulang dengan membawa seribu dinar. Dia berkata kepada pemilik uang, "Aku terus berusaha mencari perahu agar bisa membawa uangmu, tetapi aku tidak mendapatkannya sehingga aku datang kepadamu sekarang ini." Pemilik uang bertanya, "Apakah kamu mengirim sesuatu kepadaku?" Dia menjawab. "Aku katakan kepadamu bahwa aku tidak mendapatkan perahu sebelum aku datang sekarang ini." Pemilik uang berkata, "Sesungguhnya Allah telah menunaikannya untukmu melalui apa yang kamu kirim di kayu itu. Sekarang, ambillah seribu dinarmu ini dengan baik."
Takhrij Hadis

Riwayat ini diriwayatkan oleh Bukhori dalam Shahihnya secara lengkap dengan lafadz yang aku sebutkan dalam Kitabul Kafalah, bab kafalah dan hutang, 4/469, no.2291.

Bukhari meriwayatkannya secara singkat di beberapa tempat dalam shahihnya. Dalam Kitab Zakat, bab apa yang dihasilkan dari laut, 3/362, no.1498. Dalam Kitabul Buyu', bab berdagang di laut, 4/299, no.2063.

Bukhari meriwayatkannya dalam Kitabul Istiqradh, bab jika memberinya hutang untuk tempo tertentu, 5/66, no.2404. Dalam Kitabul Luqathah, bab jika menemukan kayu atau cemeti di laut, 5/85, no.2430.

Bukhari meriwayatkannya dalam Kitabusy Syurut, bab syarat dalam hutang, 5/352, no. 2734, Dalam Kitabul Isti'dzan, bab dengan siapa penulisan di mulai,11/48, no.6261.

Hadis diriwayatkan secara muallaq oleh Bukhari di seluruh riwayat dalam Shahihnya kecuali di Kitabul Buyu', 4/299. Di bagian akhirnya dia menyambungnya dengan berkata, "Abdullah bin Shalih menyampaikan kepadaku. Al-Laits menyampaikannya kepadaku."

Ibnu Hajar menyebutkan orang-orang yang meriwayatkannya secara maushul dalam Ash-Shahih, dan lainnya dalam kitab-kitab Sunan. (Fathul Bari(3/363, 4/470)).
Penjelasan Hadis

Di dalam hadis ini Rasulullah menyampaikan kepada kita tentang seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil yang memerlukan modal untuk berdagang. Dia menemui salah seorang pemilik harta yang dikenal biasa memberi hutang kepada orang-orang. Dia meminta hutang dalam jumlah yang besar, seribu dinar. Pemilik uang meminta agar dia menghadirkan saksi-saksi atas hutang yang akan dibayarkan kepadanya. Laki-laki ini menjawab, "Cukuplah Allah sebagai saksi." Lalu pemilik uang memintanya agar menghadirkan penjamin yang bertanggung jawab jika dia tidak mampu membayar. Penghutang menjawab, "Cukuplah Allah sebagai Penjamin."

Pemilik uang ini adalah laki-laki shalih. Dia tidak membantah penghutang manakala dia mengucapkan apa yang diucapkannya. Dia menjawab, "Kamu benar." Lalu dia memberikan uang yang dia minta tanpa saksi dan penjamin. Dia ridha dengan kesaksian dan jaminan Allah. Keduanya pun sepakat tentang waktu pembayaran.

Penghutang pergi membawa uang itu. Ia naik perahu dan menuanaikan keperluannya. Mnakala tempo pembayaran hamper tiba, dia tidak mendapatkan perahu yang bisa membawanya pulang. Dia sangat sedih ketika mengingkari janji yang telah dia sepakati sendiri. Bagaimana tidak, sedangkan dia telah menjadikan Tuhanya sebagai saksi dan mengangkat-Nya sebagai penjamin. Dia telah berjanji untuk melunasi.

Akalnya menemukan cara untuk mengirim uang itu kepada pemiliknya. Uang itu dimasukkan di sebuah kayu setelah dilubanginya dan diiringi sepucuk surat yang menjelaskan keadaan sebenarnya yang menghalanginya untuk datang, kemudian dia menutup lubang kayu itu dengan rapat dan melemparkannya ke laut. Dia tidak lupa menitipkannya kepada Rabbnya.

Pada waktu itu belum tersedia sarana-sarana transfer melalui teleks atau faks atau telepon yang hanya memerlukan hari atau jam. Mobil dan pesawat juga belum ada. Tidak ada sarana yang memadai pada waktu itu, maka dia mengirim uang itu dengan cara yang unik dan aneh.

Laki-laki itu bukanlah orang bodoh dan tolol. Dia hanya melakukan apa yang dia mampu lakukan dan menyerahkan urusannya kepada AlTuhannya. Dia menghadap kepada Allah dengan benar agar menyampaikan uang itu kepada pemiliknya. Dia menyadari Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Kamu bisa melihat keyakinan, iman dan tawakal kepada Allah melalui doa yang dia panjatkan kepada Allah ketika dia melempar kayu yang berisi uang itu ke laut. "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku berhutang seribu dinar kepda fulan, dia meminta penjamin kepadaku, lalu akku jawab, 'Cukuplah Allah sebagai Penjamin'. Dan dia rela dengan-Mu. Lalu dia memintaku seorang saksi dan aku berkata, 'Cukuplah Allah sebagai Saksi'. Dia pun ridha kepada-Mu. Sesungguhnya aku telah berusaha mencari perahu untuk mengirim haknya, tetapi aku tidak mendapatkan, dan aku menitipkannya kepada-Mu."

Dan tanpa ragu Allah menjaga kayu yang berisi uang ini. Dialah yang mengarahkan ombak-ombak lautan agar melemparkan kayu itu kearah kota di mana pemiliknya berada. Allah pula yang menggerakkan keinginan pemilik uang agar pergi ke pantai pada hari itu, waktu ketika kayu itu tiba di pantai. Allah lah yang memunculkan keinginan orang ini untuk memungutnya dan memerintahkan keluarganya agar membelahnya sesampainya dia di rumah. Jika satu dari kemungkinan-kemungkinan di atas tidak ada, maka kayu itu tidak akan sampai pada laki-laki si pemilik uang. Mungkin saja kayu itu tengelam di dasar lautan, lebih-lebih berisi uang yang tidak sedikit. Kayu dalam kondisi seperti itu biasanya tenggelam dan tidak mengambang di permukaan air. Mungkin saja kayu itu diambil oleh perahu yang lewat di tempat tersebut. Mungkin saja ombak melemparkannya ke daratan lain yang jauh dari kota pemilik uang. Seandainya laki-laki itu sama sekali tidak keluar ke pantai atau dia pergi ke sana sesaat sebelum atau sesudah kayu itu sampai, jika satu dari kemungkinan ini terjadi, maka kayu itu tidak akan sampai kepadanya.

Dialah Allah. Dialah yang menjaganya, yang menggerakkan ombak dan menentukan waktu tiba kayu itu di hari ketika pemilik harta keluar pantai. Hari itu adalah hari pembayaran hutang yang telah disepakati.

Ketika peluang terbuka bagi laki-laki penghutang, dia pun langsung pulang menemui pemilik harta dengan membawa seribu dinar yang lain, karena khawatir uang yang dikirimkannya tidak sampai kepadanya. Dia datang menjelaskan alasannya dan menerangkan sebab ketidak hadirannya pada waktu yang telah disepakati. Dia menyampaikan apa yang membahahagiakan dirinya dan menenagkan jiwanya. Dia bersyukur kepada Allah atas karunia dan nikmat-Nya. Pemilik uang itu memberitakan apa yang dia beritakan. Di luar dugaan, uang itu telah sampai kepadanya. Ombak telah membawanya dan tiba tepat pada waktu pembayaran yang telah disepakati. Semua itu adalah berkat rahmat Allah, penjagaan dan pengaturan-Nya.
Pelajaran-Pelajaran Dan Faedah-Faedah Hadis

1. Terdapat orang-orang shalih yang bertaqwa dan takut kepada Allah semasa umat-umat terdahulu. Orang yang pertama memberi hutang kepda orang-orang dengan berharap pahala. Dia rela terhadap jaminan dan kesaksian Allah ketika dia menyerahkan uang itu kepada orang kedua. Orang kedua menitipkan uang itu kepada Allah agar menyampaikannya kepada pemiliknya. Dia melemparkannya ke laut di dalam perut kayu itu.

2. Dibolehkannya berhutang dan memberi hutang. Hal ini ditunjukkan oleh banyak dalil dari Al-Quran dan Hadis.

3. Anjuran meneggakkan kesaksian dan jaminan dalam urusan hutang. Masalah ini termasuk yang ditetapkan oleh syariat kita. Dan para ulama berbeda pendapat tentang wajib-tidaknya mendatangkan saksi. Allah telah memerintahkan agar menguatkan hutang dengan tulisan, sebagaimana Dia memerintahkan agar ada kesaksian.

4. Pengaruh tawakal kepada Allah dalam mewujudkan keinginan. Laki-laki ini membuang kayu ke laut dengan bertawakkalkepada Allah agar menyampaikannya kepada pemiliknya. Maka ia sampai di tangan pemiliknya dengan kodrat Allah.

5. Kewajiban melunasi hutang manakala waktu pembayaran telah tiba, dan angan mengulur-ngulur pembayaran.

6. Boleh naik perahu dan pergi untuk berniaga

7. Anjuran berniaga. Orang-orang telah melakukannya sejak dulu kala, yakni anjuran berhutang untuk berdagang jika dia yakin ampu melunasi.

8. Dibolehkannya memungut sesuatu yang harganya murah, seperti kayu dan cemeti, dan memanfaatkannya tanpa mengumumkan. Adapun sesuatu yang tidak berharga seperti biji kurma atau barang-barang bekas rumah yang telah dibuang, maka semua itu boleh diambil tanpa ada perselisihan. (Silahkan merujuk masalah ini di Fathul Bari, 5/85).

Dalam Hadis shahih disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menemukan sebiji kurma. Beliau tidak memakannya, karena takut itu termasuk kurma sedekah. (Shahih Bukhori,5/86,no.2431-2432).

Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 291-297.

Kecerdasan Financial Islami : Bukan Pindah Kwadran Tetapi Merubuhkan Tembok Kwadran...

Oleh Muhaimin Iqbal  
 
Pekan lalu ketika saya menulis tentang Food For All saya menyajikan data inflasi di negeri ini selama lima tahun terakhir dari BPS. Di situ antara lain saya ungkapkan bahwa rata-rata inflasi umum di Indonesia lima tahun terakhir adalah 6.8% per tahun, sedangkan inflasi bahan pangan rata-ratanya adalah 12 %/tahun pada periode yang sama. Sekarang bagi Anda yang masih ‘beruntung’ memiliki tabungan atau deposito selama lima tahun terakhir, tengoklah dan perhatikan baik baik – apakah hasil bersih di tabungan Anda bisa mengalahkan angka-angka inflasi tersebut diatas ?.

Kecil kemungkinannya hasil bersih tabungan atau deposito Anda bisa mengalahkan inflasi umum, dan menjadi lebih tidak mungkin lagi bisa mengalahkan inflasi bahan pangan yang hampir dua kalinya inflasi umum !. Inilah sebabnya mengapa hanya dengan menabung orang tidak akan menjadi tambah makmur, karena angka uang mereka bertambah tetapi daya belinya terus menurun.

Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia, para penabung di Amerika yang gurunya kapitalisme dunia – juga mengalami penderitaan yang sama. Bila menggunakan data resmi inflasi menurut pemerintah mereka, rata-rata inflasi negeri itu selama 40 tahun terakhir adalah sekitar 4%. Rata-rata deposit berdasarkan data dari Federal Reserve-nya adalah 6% - maka rata-rata penabung untung 2 % ?. Ternyata tidak, karena data inflasi resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah mereka – diragukan oleh warganya sendiri sehingga munculah Shadow Government Statistic yang mengungkapkan inflasi yang jauh lebih tinggi dari data resmi.

Kalau keakuratan data Shadow Government Statistic juga diragukan, maka saya gunakan data yang lebih sahih yaitu harga emas dalam mata uang negeri itu selama periode yang sama seperti pada grafik dibawah. Hasilnya ternyata rata-rata appresiasi harga emas dalam US$ selama 40 tahun terakhir adalah sekitar 12% !. Mengapa appresiasi harga emas dalam jangka panjang ini jauh lebih akurat untuk mencerminkan infasi yang sesungguhnya ? karena ada bukti sahih yang yakini kebenarannya yaitu satu Dinar emas (4.25 gram) terbukti daya beli-nya stabil setara dengan seekor kambing kwalitas baik sepanjang zaman !.


 source : Kitco, The Fed

Artinya adalah rata-rata penabung di Amerika selama 40 tahun terakhir hanya mendapatkan separuh dari inflasi yang sesungguhnya – atau rata-rata penduduk negeri itu menjadi bertambah miskin dari waktu ke waktu. Lebih sadis lagi adalah statistik 10 tahun terakhir yang menunjukkan rata-rata penabung negeri itu mendapatkan hasil 3 % sedangkan rata-rata inflasi yang sesungguhnya berdasarkan harga emas adalah 16 % untuk periode yang sama – itulah mengapa warga negeri itu kini menjerit dengan proses pemiskinan yang luar biasa cepatnya !.

Lho tetapi kan ada Bill Gates, Warren Buffet, Michael Dell, Donald Trump dlsb yaitu deretan orang-orang terkaya dunia yang notabene adalah warga negara Amerika Serikat ?. Betul sekali !. System keuangan kapitalis ribawi ini membuat segelintir orang menjadi sangat kaya dan mayoritas orang menjadi miskin. Itulah sebabnya ada survey ‘tidak resmi’ PBB yang mengungkapkan bahwa 2% penduduk dunia menguasai 50% kekayaan Dunia, sedangkan 50% warga dunia berebut 1 % kekayaan dunia.

Sistem financial ribawi seperti telah membuat tembok besar, di satu sisi adalah 98% penduduk dunia yang dari waktu ke waktu bertambah miskin. Mereka bekerja dengan keras tetapi hasil kerjanya seperti mereka bawa dengan ember bocor – yang tidak pernah sampai tujuan – ketika diperlukan. Di sisi tembok yang lain ada segelintir orang yang pandai menggunakan uang yang dikumpulkan oleh 98% penduduk tersebut – yaitu uang bank – untuk memutar usahanya sehingga mereka terus bertambah kaya.

Tembok-tembok tersebut oleh Robert Kiyosaki digambarkannya sebagai kwadran, Anda harus bisa pindah kwadran menjadi entrepreneur atau bahkan investor – agar Anda tidak termiskinkan oleh system kapitalisme global. Pemikiran Robert Kiyosaki dalam berbagai bukunya yang selalu best seller ini memukau jutaan orang di dunia yag mendadak rame-rame pingin pindah kwadran.

Dahulu pemikiran ini juga memukau saya sehingga saya juga berusaha sekuat tenaga untuk pindah kwadran. Sekarang-pun saya tetap membaca buku-bukunya untuk menyelami pemikiran para kapitalis ini, namun segera saya menyadari adanya ketidak sesuaian dengan syariat di agama ini.

Selain investasi-investasi yang dimaksud oleh Robert Kiyosaki penuh dengan unsur ribanya, ada yang lebih mendasar dari itu. Robert Kiyosaki mengajari kita untuk bisa kaya sendirian tetapi tidak pernah mengajak kita untuk memakmurkan sesama. Islam mengajarkan kita untuk makmur bersama-sama, bahkan tidak dikatakan beriman bila kita kenyang sendirian sedangkan tetangga kita pada kelaparan.

Tugas kita bukan untuk pindah kwadran menembus tembok yang satu pindah ke sisi tembok yang lain; tetapi tugas kita adalah merubuhkan tembok-tembok penyekat kwadran-kwadran tersebut. Dengan apa tembok penyekat ini akan runtuh ?. Dengan membuka akses terhadap kapital bagi siapa saja, akses pengetahuan dan yang sangat urgent di negeri ini adalah akses pasar.

Bayangkan bila di sekitar kita ada suatu pasar, dimana kita dan istri-istri kita bisa leluasa berjualan karya kita semua – dan semua orang bisa melakukan hal yang sama; maka tidak ada lagi mayoritas kelas pekerja – kelas 98% penduduk – karena kita semua mempunyai peluang yang sama untuk menjadi pengusaha.

Jadi kini kita memiliki misi yang lebih mulia dari sekedar pindah kwadran untuk diri kita, tetapi kita ingin menghilangkan tembok-tembok pembatas kwadran tersebut agar kemakmuran bisa lebih merata. Bila ini bisa kita lakukan – maka inilah kecerdasan yang sesungguhnya – kecerdasan yang memakmurkan umat bukan hanya diri sendiri. InsyaAllah.
Top Bottom