the Golden Dinar News ::....:: 110 WNI di Miyagi Menunggu Dievakuasi ::..GD..:: Gempa disebabkan bertumbuknya lempeng tektonik Pasifik dan Amerika Utara::..GD..:: Beredar Info Lewat Internet, Ada Awan Beracun di Jepang ::..GD..:: Gawat! Industri Otomotif di Jepang Berhenti Beroperasi::..GD..:: Akbar: SBY Patut Jelaskan ke Publik Soal Tuduhan WikiLeaks ::..GD..:: Korban Tewas Tsunami Jepang Bisa Lebih 10 Ribu Jiwa::..GD..:: Soal WikiLeaks, Ada Pemasok Informasi dari Lingkaran Istana::..GD..:: ‘Kalah’ Melawan Alquran, Dr Jeffrey Lang Menerima Islam ::..GD..:: Ginandjar: Indonesia Patut Belajar dan Bantu Jepang ::..GD..:: Terbitkan Kartun Tsunami, Media Malaysia Akhirnya Minta Maaf ::..GD..:: Rp 1 Triliun, Kerugian Banjir Bandang di Tangse ::..GD..::

The Golden Dinar

  • Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh......

    Meskipun seluruh tulisan dan analisa di web ini adalah produk dari kajian yang hati-hati dan dari sumber-sumber yang umumnya dipercaya di dunia bisnis, pasar modal, pasar komoditi dan pasar uang dlsb.; kami tidak bertanggung jawab atas kerugian dalam bentuk apapun yang ditimbulkan oleh penggunaan analisa dan tulisan di web ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Menjadi tanggung jawab pembaca sendiri untuk melakukan kajian yang diperlukan dari sumber web ini maupun sumber-sumber lainnya, sebelum mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan investasi emas, Dinar maupun investasi lainnya.

    Semoga Allah SWT memudahkan langkah dalam mensyi'arkan Dinar-Dirham di Nusantara ini. Amiin.

Profil

Foto saya
Cilegon, Banten, Indonesia
The Golden Dinar : merupakan web support Gerai Dinar Indonesia. Kami membangun jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuan kami adalah memasyarakatkan Dinnar-Dirham di Nusantara.

Dinar emas memiliki 3 fungsi : sebagai alat tukar, timbangan yang adil dan perlindungan nilai. Dinar emas untuk membangun ketahanan ekonomi dan memakmurkan umat tetapi tidak untuk ditimbun !

Jam Hari Kerja : 08.00 - 17.00 (BBWI) ; Senin - Jum'at (kecuali hari libur nasional).

Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan hubungi kami di menu Kontak.

Melawan Inflasi Yang Memiskinkan : Bila Yang Kita Punya Hanya Diri Kita...


Dalam beberapa tulisan saya, antara lain tulisan tanggal 4 Januari 2011 tentang “Food For All...” , telah saya ungkapkan betapa dasyatnya inflasi memiskinkan kita – khususnya inflasi bahan pangan - yang persisten diatas kenaikan rata-rata pendapatan kita setiap tahunnya. Karena trend naiknya harga pangan ini belum nampak berbalik atau berubah arah, hanya ada satu cara untuk melawanya – yaitu kita sendiri yang harus berusaha maksimal mengalahkan trend tersebut. Tetapi bagaimana kita bisa mengalahkan inflasi ini ?.

Melawan inflasi adalah seperti perang menghadapi musuh yang akan merenggut kekayaan dari hasil jerih payah kita, musuh yang akan menjajah dan mengeruk kekayaan kita. Seperti juga perang, maka ada dua strategi yang bisa digunakan yaitu strategi bertahan (defensif) dan strategi menyerang (ofensif). Pencapaian maksimal dari strategi defensif adalah berhasilnya kita mempertahankan harta dari serangan inflasi. Strategi defensif sendiri tidak akan membuat kita unggul – ya hanya sebatas membuat kita mampu bertahan tadi.

Sebaliknya strategi menyerang atau ofensif berpeluang kita unggul dan mampu mengalahkan inflasi, hanya saja untuk ini memang diperlukan keunggulan kekuatan sehingga peluang kita untuk mampu mengalahkan musuh yang bernama inflasi tersebut memang harus lebih besar dari peluang kalahnya. Lantas strategi mana yang kita pilih ?, saya lebih suka menggunakan kata ‘dan’ yang berarti keduanya , ketimbang menggunakan kata ‘atau’ yang membuat kita bimbang untuk memilih diantara keduanya.

Dinar emas yang sudah sejak sekitar 3 tahun lalu kita perkenalkan ke masyarakat misalnya, terbukti efektif untuk mengisi strategi defensif tersebut diatas. Rata-rata apresiasi emas terbukti mampu mengalahkan rata-rata inflasi bahan pangan sekalipun – yang merupakan komponen inflasi tertinggi di negeri ini.

Namun dengan strategi defensif melalui simpanan Dinar saja tidak membuat orang bertambah makmur – ya hanya membuat kita mampu bertahan tadi. Dengan strategi defensif ini yang kaya tetap kaya , sedangkan yang kekurangan tetap akan kekurangan. Maka meskipun strategi ini juga kita gunakan secukupnya, saya tidak menganjurkan kita terlalu banyak menaruh resources kita di strategi ini.

Bila ada kecukupan resources (modal, tenaga dlsb), saya sangat condong untuk menajak kita semua terjun rame-rame di sektor riil seperti perdagangan, pertanian, industri dlsb. atau bidang-bidang yang kita kuasai betul – yang kita bisa jagokan untuk senjata perang melawan inflasi. Berat memang dan penuh risiko, tetapi insyaAllah jerih payah ini akan rewarding.

Bila kita memiliki resources yang cukup untuk membangun dua strategi tersebut yaitu defensif maupun ofensif melawan inflasi, maka itu yang ideal. Masalahnya adalah situasi ideal ini justru yang paling jarang kita miliki. Situasi ideal hanya enak diomongkan atau ditulis tetapi jarang kita jumpai di lapangan yang nyata.

Lantas apa yang bisa kita lakukan bila kita tidak cukup resources untuk membiayai perang kita ini ? tidak ada modal emas atau Dinar untuk bertahan melawan inflasi, apalagi untuk modal berusaha ?. Jangan terlalu kawatir, diri kita sesungguhnya adalah modal yang paling berharga yang bisa kita gunakan sebagai senjata pamungkas untuk berperang dibidang apapun – termasuk berperang melawan inflasi ini.

Bagaimana cara menggunakannya ?, berikut adalah langkah step by step yang antara lain bisa kita lakukan.

Pertama mengasah skills bawaan kita dari lahir yaitu ‘jualan’. Ketika kita haus di gendongan ibu kita, kita melakukan sales speak dengan menangis – maka dapatlah kita air susu ibu. Keahlian ini terus terasah ketika kita meminta sepatu baru, tas sekolah baru, mengambil hati calon mertua kita dst. Kini skills yang sudah kita asah sejak lahir tersebut tinggal di fine-tune untuk ‘menjual’ gagasan-gagasan besar kita, produk-produk yang kita hasilkan, misi yang kita ingin tuju dlsb.dlsb.

Kedua membangun identitas diri yang orisinil milik kita. Seperti wajah dan sidik jari kita, Maha Kuasa Allah yang telah menciptakan diri kita unique – dari milyaran orang yang ada di bumi – tidak ada satupun yang sama persis dengan diri kita – maka seluruh potensi yang ada di diri kita juga unique – tidak ada seorang pun yang menyamainya. Hanya kita sendiri-lah yang bisa menemukan dan membangun seluruh potensinya yang ada pada diri kita tersebut.

Ketiga ber-investasi pada diri kita sendiri. Ilmu kita tidak akan pernah cukup, Skills kita juga tidak akan pernah sempurna – maka dari waktu kewaktu yang perlu terus kita lakukan adalah berinvestasi kembali pada diri kita untuk terus belajar dan menambah ilmu, untuk terus berlatih mengasah skills.

Keempat bukan berganti kotak tetapi memperbesar kotak. Setelah identitas diri atau brand identity kita terbangun dengan baik, maka jangan kita tergoda untuk think outside the box - selain amat sulit karena kita akan memulainya dari nol – juga akan merusak brand identity yang sudah dengan susah payah kita bangun. Sebaliknya yang kita perlu terus lakukan adalah grow the box , sehingga dari waktu ke waktu ruang lingkup cakupan pekerjaan kita semakin luas – bukan berganti satu pekerjaan ke pekerjaan lain tetapi sama-sama sempitnya.

Kelima fokus pada kerja karena inilah yang bisa kita lakukan, sedangkan hasil itu diluar kemampuan kita untuk menentukannya. Kesadaran untuk memilah mana yang tugas kita (bekerja) dan mana yang hak Allah untuk menentukan (hasil)-nya ini akan membuat kita lebih ikhlas menerima hasil apapun dari kerja maksimal kita, juga kita tidak akan menghalalkan segala cara untuk mengalahkan musuh kita – yaitu inflasi yang memiskinkan kita tersebut diatas.

Maka, prajurit tangguh yang siap berperang ini sekarang ada di diri kita, inflasi-pun insyaAllah akan bisa kita kalahkan !. Amin

‘Intan Berlian’ Di Sekitar Kita, Bagaimana Menggosoknya...?


Pada Acara piala sepak bola dunia 2006 di Jerman, saya termasuk yang memperoleh pengalaman luar biasa bisa menyaksikan acara bergengsi yang menjadi perhatian seluruh dunia tersebut secara langsung di balkon VIP FIFA Arena - Munich. Bukan hanya itu, layanan VIP juga diberikan oleh tuan rumah yang saya kunjungi sejak saya turun dari pesawat. Tidak seperti biasanya ketika kita masuk negeri orang harus antri melalui jalur custom dlsb., hari itu mereka mengirim limousine langsung ketangga pesawat – agar saya bisa dibawa melalui jalur khusus – yang tidak perlu berurusan dengan custom, bagasi dan tetek bengeknya. Mengapa mereka memberikan penghargaan secara luar biasa – bak para bintang World Cup – ke saya hari itu ?. Itu karena ada perusahaan raksasa negeri itu yang eager sekali - ingin belajar tentang konsep ekonomi Islam dari saya !.

Di Jerman saat itu sedang digodog peraturan baru tentang asuransi kesehatan swasta yang mereka pandang selama ini berjalan kurang adil kepada para pemegang polisnya. Kita tahu di Jerman dan seluruh dunia (termasuk di Indonesia hingga saat ini), semakin tua seseorang akan membayar premi asuransi kesehatan yang semakin mahal – katanya karena faktor risiko yang semakin tinggi.

Tetapi perusahaan asuransi (sengaja) lupa dalam satu hal, bahwa rata-rata orang yang bekerja membayar premi asuransi kesehatan sampai 20 tahun lebih – tanpa klaim , ini adalah rentang waktu rata-rata sejak orang memasuki dunia kerja awal usia 20-an sampai usia awal 40-an, mayoritas orang tidak pernah masuk rumah sakit di rentang usia ini.

Peluang orang masuk rumah sakit menjadi lebih tinggi setelah usianya di pertengahan 40-an keatas, maka disinilah perusahaan asuransi mengenakan premi yang mahal itu. Sepintas nampak seolah logikanya benar, tetapi logika ini di challenge oleh para pembuat peraturan di Jerman – yang mempertanyakan : "lantas dimana premi yang dibayar rata-rata orang sejak usia 20-an sampai awal 40-an tersebut ?". Dari sinilah awal muawal-nya mereka menggodog peraturan yang tidak akan lagi mengijinkan perusahaan asuransi kesehatan swasta negeri itu menaikkan premi kepada nasabahnya – hanya karena nasabah tersebut bertambah tua !.

Di tengah kepusingan mengantisipasi peraturan yang baru tersebut, salah seorang eksekutif perusahaan raksasa negeri itu mendengarkan ceramah saya di Singapore tentang konsep ta’awun dalam memikul biaya kesehatan yang bisa diterapkan di jaman modern sekalipun. Bahwa perusahaan asuransi tidak seharusnya mengakui premi yang dibayarkan nasabahnya sebagai pendapatan mereka. Premi tetap milik nasabah mereka (secara bersama-sama) sampai kapanpun, hak perusahaan hanyalah fee atau ujroh atas pengelolaannya yang besarnya disepakati dengan nasabah di awal masa pertanggungan.

Maka selesai seminar, eksekutif tersebut mendekati saya dan mengundang saya untuk menjelaskan konsep tersebut lebih detil di negerinya - Jerman. Agar saya tidak menolaknya, maka mereka memberikan penawaran yang luar biasa – yaitu atas kesediaan saya ceramah satu jam di negerinya – mereka akan membayari tiket VIP World Cup lengkap dengan layanan VIP sejak turun pesawat seperti yang saya ceritakan di awal tulisan ini.

Terus terang sebenarnya saya bukan penggila bola, saya penuhi undangan tersebut juga bukan karena layanan VIP-nya. Tetapi yang menarik saya waktu itu adalah mengapa orang-orang diluar Islam begitu antusiasnya mempelajari detil tentang syariat ini dan bagaimana aplikasinya di bisnis mereka. Sebelum di Jerman tersebut, beberapa kali saya juga berkesempatan menceramahkan konsep ta’awun di Lloyd of London – pusat keuangannya Inggris. Dari diskusi dengan para eksekutif tersebut-lah saya tahu bahwa mereka sedang mencari solusi atas masalah-masalah yang mereka hadapi, dan solusi ini bisa jadi datang dari Islam.

Ironi memang, disatu sisi sebagian mereka membenci Islam tetapi sebagian yang lain mengakui keunggulan solusi-solusinya. Sehingga jangan heran misalnya di beberapa negara yang Islam dibenci oleh sebagian rakyatnya, (sebagian) pelaku ekonominya pada meng-klaim bahwa negeri atau kota mereka-lah yang akan menjadi Islamic Financial Hub-nya !. Bagaimana ini bisa dijelaskan ?. Bukan hanya para eksekutif yang mendengarkan saya yang belajar syariat akhirnya - saya sendiri juga belajar melihat syariat ini dari sudut pandang yang lain.

Sesuai janji Allah : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS 3 : 139), maka sesungguhnya apa-apa yang dihasilkan oleh ajaran Islam ini pastilah sangat tinggi nilainya.

Ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip nilai Islam misalnya, ia ibarat intan berlian yang selama ini terkubur dalam-dalam oleh system ribawi, kapitalisme, neoliberalisme dlsb. Bagi orang yang tahu bahwa ini sesungguhnya intan berlian, maka dia berusaha menggosoknya tanpa lelah sehingga bebas dari segala macam debu yang menutupinya, menggosoknya terus sampai mengkilap menampakkan keindahan aslinya. Setelah intan berlian tersebut benar-benar bebas dari debu-debu yang menutupinya, maka siapapun yang melihatnya – baik dia muslim maupun non muslim – semua bisa menikmati keindahannya, barangkali inilah salah satu tafsir ...Rahmatan Lil – ‘Alamin itu....!.

Sejak saat itulalah saya berpikir untuk terus menggosok intan berlian – intan berlian berikutnya yang ada di sekitar kita yang masih begitu banyak terkubur oleh debu riba, materialisme, kapitalisme dan konco-konconya. Maka selain Dinar ada Project Gedebog Pisang, Kambing Putih, Bazaar Madinah dlsb. Tetapi kemampuan saya terbatas, banyak sekali intan berlian- intan berlian lainnya yang perlu digosok, dan inilah kesempatan Anda untuk melakukannya juga.

Sulitkah ini ?. ya nggak usah ambil yang sulit seperti program asuransi kesehatan yang memerlukan teknik aktuaria yang sangat njlimet dalam contoh tersebut di atas, ambil yang Anda bisa di lingkungan Anda dan yang sesuai dengan bidang yang Anda kuasai. Untuk konkritnya, saya beri contoh elaborasinya dari kasus pedagang imaginer penjual beras pak Abdullah yang saya perkenalkan ke Anda melalui tulisan saya tanggal 2 maret lalu dengan judul “Model Kemakmuran Para Pedagang...”.

Setelah Pak Abdullah membaca tulisan saya berikutnya tanggal 04 Maret 2011 dengan judul “10 Hal Yang InsyaAllah Mendatangkan Keberkahan Dalam Perdagangan...”, pak Abdullah menjadi tahu bahwa salah satu penyebab yang bisa menghilangkan keberkahan jual belinya adalah bila dia tidak ungkapkan cacat barang dagangannya kepada para pembeli.

Sedangkan dalam dunia perdagangan beras yang dijalaninya sehari-hari, amat sangat sulit bisa mengetahui secara akurat beras apa yang sesungguhnya dia jual. Beras dengan merek yang sama –pun ketika dimasak hasilnya bisa lain. Beras begitu mudah di-oplos oleh pedagang perantara, sehingga merek yang tercetak di karung begitu mudah dipalsukan dan tidak bisa menjadi jaminan atas kwalitas beras yang ada di dalam karung tersebut.

Menjadi lebih sulit lagi karena para pembeli membeli beras tersebut masih dalam kondisi mentah – dengan utmost good faith (prasangka yang sangat baik) - bahwa setelah dimasak nanti akan seperti yang diharapkan rasanya, bagaimana kalau ternyata setelah matang rasanya tidak seperti yang diharapkannya ?. Siapa yang salah ?.

Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui pak Abdullah karena kekhawatirannya akan kehilangan keberkahan dalam jual belinya. Maka pak Abdulullah menelusuri asal-usul beras yang dijualnya, mendokumentasikannya dengan rapi, kemudian secara maksimal menginformasikan seluk beluk beras yang dijualnya tersebut kepada seluruh pembelinya.

Lebih dari itu agar calon pembeli memperoleh informasi yang sangat akurat tentang beras yang akan dibelinya, pak Abdullah memasak satu piring dari setiap jenis beras yang dijualnya setiap hari – kemudian menaruh sepiring beras yang telah menjadi nasi tersebut diatas beras yang dijajakannya – sebagai contoh. Dengan demikian calon pembeli bisa mengetahui, ini mentahnya , kalau dimasak dengan benar , ini pula matengnya ketika beras menjadi nasi.

Karena akurasi informasi yang pak Abdullah sajikan tersebut-lah maka dia menjadi pedagang beras yang insyaAllah tidak akan kekurangan pembeli baik muslim maupun non muslim. Para pembelinya kini dapat melihat beras ‘intan berlian’ yang telah digosok secara maksimal oleh pak Abdullah, bukan karena sekedar ingin laris dagangannya – tetapi lebih dari itu Pak Abdullah ingin agar jual beli yang dilakukannya mendatangkan berkah !.

Dengan contoh elaborasi bagaimana seorang pak Abdullah pedagang beras bisa menggosok ‘intan berlian’-nya ini, maka Anda-pun insyaAllah punya gambaran yang akurat tentang bagaimana menggosok ‘intan berlian’ yang ada di sekitar Anda. Setelah Anda melakukannya dengan sungguh-sungguh dan dengan ikhtiar yang maksimal, maka kilauan ‘intan berlian’ tersebut bukan hanya Anda yang bisa menikmatinya – tetapi masyarakat lain di sekitar Anda-pun bisa ikut menikmatinya. Bisa bukan ?. InsyaAllah.

Investasi : Upaya Untuk Membedakan Yang Ilusi Dengan Yang Solusi...



Perintah menegakkan timbangan diulang-ulang di beberapa ayat di Al-Quran untuk menekankan pentingnya berbuat adil dalam muamalah maupun dalam seluruh aspek kehidupan kita. Lantas bisakah kita menimbang secara adil bila timbangannya itu sendiri bias dalam nilai ?. Bila timbangannya sendiri dari waktu ke waktu menyusut daya belinya ?. Pastinya tidak akan mudah, ambil contoh kasus berikut supaya masalah ini bisa lebih mudah dipahami.

A dan B sepakat untuk kerjasama usaha warung makan, A sebagai pemodal (shahibul mal) dan B sebagai pelaksananya ( mudharib). Mereka mulai usaha Januari 2008 dengan modal Rp 500 juta. Setelah tiga tahun berlalu, setiap akhir tahun B memberikan laporan keuntungan bersih 20 % (Rp 100 juta) atas usaha bersama ini, yang kemudian dibagi berdua @ Rp 50 juta. Adilkah muamalah ini ?. Dengan timbangan Rupiah nampaknya sudah adil, namun mari kita coba lihat dengan kacamata yang lain – kita gunakan benda riil kambing misalnya - untuk menimbang modal dan bagi hasilnya.

Rp 500 juta awal tahun 2008 setara dengan 429 ekor kambing kelas baik untuk qurban. Sekarang kita lihat bagi hasilnya berturut turut Desember 2008 Rp 50 juta setara 39 ekor kambing, Desember 2009 Rp 50 juta setara 34 ekor kambing dan Desember 2010 Rp 50 juta setara 29 ekor kambing. Selain bagi hasil ini, modal si A harusnya utuh Rp 500 juta yang pada Desember 2010 setara 286 ekor kambing. Usaha ini bisa berkelanjutan demikian, tetapi modal si A bila dikonversikan dengan satuan kambing makin lama akan makin mengecil.

Bila ditotal modal dan bagi hasil yang diterima oleh si A dalam tiga tahun saja, secara keseluruhan nilainya pada akhir 2010 setara dengan 388 ekor kambing. Lho kok lebih rendah dari modal awal tiga tahun lalu yang setara 429 ekor kambing ?. Inilah ilusi yang terjadi sebagai akibat dari penggunaan timbangan uang kertas yang tidak adil itu. Anda sudah merasa berinvestasi dengan bagi hasil bersih rata-rata 10% pertahun – yang menurut kacamata Rupiah mestinya menjadi investasi yang lumayan baik, namun dengan kacamata benda riil asset Anda sesungguhnya bukannya bertambah tetapi berkurang.

Proses yang sama terjadi pada seluruh penabung yang menabung dalam Rupiah dan mendapat bagi hasil dalam Rupiah, yang membayar premi asuransi dalam Rupiah atau Dollar dan menerima pencairannya sekian tahun kemudian dalam Rupiah atau Dollar, yang menyisihkan sebagian gajinya untuk dana pensiun dan menerima haknya sekian puluh tahun kemudian ketika pensiun. Angka-angka di tabungan, nilai tunai asuransi ataupun dana pensiun terus menggelembung - namun daya belinya terhadap benda-benda riil terus menyusut.

Lantas apakah solusinya terus rame-rame pindah ke kambing atau Dinar ?, tidak juga demikian. Seluruh sektor riil yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia, insyaAllah baik untuk menjadi solusi investasi Anda. Hanya saja timbangannya ketika Anda investasi di sektor riil tersebut, hendaknya juga benda riil dan bukan lagi uang kertas yang menyusut nilainya.

Bagaimana aplikasinya ?. Bila Anda bermitra untuk berdagang beras misalnya, maka jumlah beras ini yang idealnya menjadi timbangannya bila memungkinkan. Namun kalau hal ini juga belum menjadi solusi karena tidak semua sektor riil mudah di kwantifisir dengan barang dagangannya sendiri, Anda dapat gunakan emas atau Dinar sebagai timbangan atau unit of account-nya. ?. Mengapa emas atau Dinar ?. Pertama karena emas atau Dinar adalah benda riil yang selalu bisa di terima oleh peradaban manusia dimanapun dan kapan-pun, yang kedua standar informasi harga emas atau Dinar yang easily available – juga dimanapun dan kapanpun, dan yang ketiga ada bukti yang shahih lebih dari 1400 tahun bahwa daya beli emas atau Dinar ini baku sepanjang masa.

Ilusi investasi tersebut diatas sesungguhnya tidak hanya dialami oleh individu tetapi juga dialami oleh korporasi. Perusahaan-perusahaan yang pertumbuhan penghasilan dan asset bersihnya tidak bisa mengimbangi kenaikan harga-harga komoditi riil ( bukan hanya angka inflasi umum yang rata-ratanya dikisaran 6.8% per tahun selama 5 tahun terakhir, tetapi juga inflasi bahan pangan yang rata-ratanya sampai 12 % per tahun untuk periode yang sama) , pasti akan mengalami penyusutan asset bila disetarakan dengan komoditi riil. Bila Anda bekerja di dalam perusahaan semacam ini, Andapun akan terkena getahnya yaitu kenaikan gaji yang tidak bisa mengimbangi angka inflasi – khususnya inflasi bahan pangan.

Untuk membantu perusahaan Anda menjadi high growth company sehingga mampu memakmurkan orang-orang yang bekerja didalamnya, kami telah mengembangkan model sederhana untuk corporate planning berbasis emas atau Dinar. Saat ini solusi tersebut terdiri dari :

· Financial Modeling

· Forecasting

· Financial Analysis

· Sensitivity Analysis

· Scenario Analysis

· J-Curve Analysis

· NPV, MIRR, Payback Period

· Dll.

Karena semua modeling, forecasting dan berbagai analysis yang kami kembangkan tersebut menggunakan emas atau Dinar sebagai dasarnya, insyaAllah Anda akan bisa membedakan mana keputusan investasi perusahaan Anda yang benar-benar menjadi solusi, dan mana investasi yang hanya memberikan ilusi.

Contoh screen shot analysis yang kami buat dengan fasilitas Excel 2007 ini dapat dilihat pada dua grafik dibawah. Agak terlalu njlimet bila saya ulas disini, namun bagi Anda yang day today-nya terlibat dalam keputusan investasi di perusahaan Anda, atau bagi kalangan akademisi yang tertarik mendalami Dinar/Gold Based Financial Modeling, Forecasting and Analysis ini , saya bersedia meluangkan waktu untuk share dengan Anda secara mendetil.








Screen Shot : Gold Based Sensitivity Analysis

Yang Anda perlukan untuk ini hanyalah aplikasi Excel 2007 yang di-install lengkap add-ins – nya (versi sebelum atau sesudahnya mungkin juga bisa, hanya belum saya coba saja) , pengetahuan dasar penggunaan excel dan sedikit pengetahuan tentang istilah-istilah atau konsep-konsep keuangan seperi NPV, Payback, IRR, MIRR, WACC dan sejenisnya yang mudah dipelajari sambil jalan.




Screen Shot : Scenario and J-Curve Analysis

Siapa tahu dengan sedikit pengetahuan dibidang ini bisa membawa perusahaan Anda tumbuh mengalahkan inflasi bahan pangan sekalipun, sehingga orang-orang yang bekerja didalamnya juga mengalami peningkatan kemakmuran yang sesungguhnya – bukan hanya ilusi. Amin.


10 Hal Yang InsyaAllah Mendatangkan Keberkahan Dalam Perdagangan...


Dalam tulisan saya dua hari lalu (02/03/11) tentang Model Kemakmuran Para Pedagang, telah saya uraikan bagaimana secara materi para pedagang memperoleh kemakmurannya melalui dua hal yaitu perputaran modal (frequency) dan margin perdagangan yang wajar. Namun diluar hal yang bersifat materi ini, ada yang jauh lebih penting yaitu keberkahan dari harta itu sendiri. Lantas bagaimana caranya agar kita bisa meraih keberkahan dalam perdagangan ini ?. Berikut saya ambilkan diantaranya 10 hal dari Kitab Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq.

Ketika ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam : “Wahai Rasulullah, apa pekerjaan yang terbaik ? (maksudnya yang paling halal dan paling berkah)”, Rasulullah menjawab, “Pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan transkasi jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad dan Bazzar). Mabrur artinya halal dan berkah, baik, bersih, suci, bebas dari dosa. Secara konkrit yang bisa kita ikuti dan praktekan untuk jual beli yang mabrur atau halal dan berkah ini adalah jual beli yang dilakukan dengan cara-cara atau mengandung hal-hal yang antara lain sebagai berikut :

1. Sigap, mensegerakan berpagi-pagi mencari rizki. Dasarnya adalah do’a Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam “ Ya Allah, berkahilah bagi umatku yang bersegera mencari rizki di pagi buta”.

2. Jual beli yang dilakukan dengan saling ridlo dan tidak ada paksaan, penjual tidak boleh mengkondisikan agar seseorang terpaksa membeli – pembeli juga tidak boleh mengkondisikan agar seseorang terpaksa menjual. Dasarnya adalah Ayat “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu...” (QS 4 : 29).

3. Menyempurnakan takaran/timbangan dan tidak menguranginya. Dasarnya ada di beberapa ayat antara lain QS 6 : 152 ; QS 17 : 35 dan QS 83 : 1 - 6.

4. Jual beli yang saling memudahkan. Dasarnya adalah hadits Bukhari dan Tirmidzi yang meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda, “Allah merakhmati seseorang yang memberikan kemudahan apabila dia menjual, membeli dan menagih haknya”.

5. Tidak bersumpah untuk sekedar melariskan perdagangan. Dasarnya adalalah hadits “Sumpah itu bisa melariskan dagangan, akan tetapi dapat menghapus keberkahannya”. (HR Bukhari dan lainnya dari Abu Hurairah).

6. Tidak mempermainkan harga. Dasarnya adalah hadits Ashabus Sunan dengan sanad perawi yang sahih telah meriwayatkan dari Ansa R.A, ia berkata “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga-harga untuk kami”. Rasulullah menjawab, “ Allah Penentu harga, Penahan, Pembentang dan Pemberi rizki, aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedzaliman dalam urusan darah dan harta””.

7. Tidak menimbun barang yang dibutuhkan masyarakat. Dasarnya hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Hakim, Ibnu Syaibah dan Al –Bazzaz, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda, : “Barang siapa yang menimbun barang pangan selama 40 hari, ia sungguh telah lepas dari Allah dan Allah telah berlepas darinya”.

8. Tidak menyembunyikan kelemahan atau cacat barang yang dijualnya. Cacat barang, kelemahan atau kekurangan harus ditunjukkan/dijelaskan ke pembeli. Dasarnya hadits “Seseorang muslim itu saudara, maka tidak dihalalkan menjual kepada saudara sesama Muslim barang yang cacat, kecuali ia telah menjelaskan cacat tersebut”. (HR Ahmad, Ibnu Majjah, Daruquthni, Hakim dan Thabrani).

9. Tidak menipu atau konspirasi mempermainkan pembeli, kartel harga dan sejenisnya. Dasarnya antara lain Hadits “Barang siapa menipu kami, maka ia bukan termasuk golongan kami”.

10. Tidak mengandung Maisir (Perjudian), Gharar (Spekulatif) dan Riba. Dasarnya ada di sejumlah ayat Al-Qur’an antara lain QS 2:279 ; QS 4 : 161 ; QS 30 : 39 dan sejumlah hadits yang terkait dengan masalah-masalah ini.

Sama dengan ikhtiar yang sifatnya materi seperti dalam tulisan sebelumnya tersebut diatas, ikhtiar untuk memperoleh keberkahan ini juga bukan hal yang tidak mungkin untuk kita laksanakan dalam perdagangan sehari-hari. Yang diperlukan adalah ke-istiqomah-an kita dalam mengamalkannya.

Maka bersamaan dengan akan dibukanya Bazaar Madinah dalam satu-dua bulan kedepan misalnya, poin-poin tersebut mulai kita sosialisasikan kepada para calon pedagang di Bazaar Madinah. Bila para eksekutif ketika baru diangkat menanda tangani Pakta Integritas. Maka para pedagang di Bazaar Madinah ketika mendaftar antara lain menanda tangani pakta ketaatan pada syariah yang antara lain mengandung sepuluh hal tersebut diatas. InsyaAllah rizki kita semua melimpah dan juga berkah.... Amin.






















Top Bottom